Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Hal-hal Buruk Ini Terjadi Bila Suhu Bumi Naik 1,5 Derajat Celcius

image-gnews
Es yang mencair menciptaka air terjun di North East Land, Svabard, Norwegia. Pemanasan global mebuat es di Artik dan Antartika mencair. dailymail.co.uk
Es yang mencair menciptaka air terjun di North East Land, Svabard, Norwegia. Pemanasan global mebuat es di Artik dan Antartika mencair. dailymail.co.uk
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Bumi adalah tempat bagi berbagai iklim, mulai dari bukit pasir Sahara yang panas sampai pegunungan beku Antartika. Dengan keragaman seperti itu, mengapa ilmuwan khawatir dengan kenaikan suhu bumi yang hanya 1,5 derajat Celcius?

Perubahan suhu rata-rata di seluruh muka bumi, meskipun hanya beberapa derajat merupakan masalah besar. Hal itu diungkapkan Ilmuwan Plaeoklimate di Lamont-Doherty Earth Observatory Columbia University di New York, Peter deMenocal.

Menurut deMenocal, saat ini bumi lebih hangat 1,2 derajat celcius dari pada saat pra-industri. 144 Negara yang ikut berpartisipasi dalam Perjanjian paris 2016 mengumumkan batas kenaikan suhu global abat ini 1,5 derajat Celcius, berubah dari yang sebelumnya 2 derajat Celcius.

Sebagai perbandingan, 15.000 tahun yang lalu, saat berakhirnya zaman es terakhir, ketinggian air laut 106 meter lebih rendah dari saat ini. Selama zaman es, sekitar 32 persen permukaan bumi tertutup oleh es. Sedangkan menurut National Snow and Ice Data Center saat ini hanya sekitar 10 persen bumi yang tertutup es.

Perubahan iklim terjadi dari waktu ke waktu. Namun saat ini terjadi perubahan tercepat dan jumlah karbon dioksida gas rumah kaca telah memenuhi atmosfer bumi. Selain itu, peningkatan suhu bumi juga mengancam makanan, air, tempat tinggal, jaringan energi dan kesehatan manusia.

Perubahan iklim akhirnya mempengaruhi ekosistem yang menyediakan makanan. "oleh karena itu keamanan pangan kita terkait dengan keamanan ekosistem tersebut," kata DeMenocal.

DeMenocal mengungkapkan, lautan  menyediakan sekitar 20 persen protein. Ketika pengasaman laut terjadi karena oleh perubahan iklim, ribuan spesies termasuk tiram, kepiting, dan karang sulit bertahan hidup, akibatnya mengganggu jaringan makanan.

Di daratan, kenaikan 2 derajat Celcius menyebabkan hampir dua kali lipat defisit. Menurut NASA ini menyebabkan turunnya panen gandum dan jagung.

NASA mengungkapkan jika suhu terlalu panas saat tanaman berbunga, pertumbuhnnya menjadi kerdil. Hal ini menyebabkan penurunan atau tidak ada tanaman pangan yang dapat dikonsumsi.

Seiring suhu yang hangat dan gletser mencair, kenaikan permukaan laut bisa menghancurkan rumah dan kota. Menurut deMenocal, sekitar 40 persen penduduk dunia tinggal dalam jarak 100 kilometer dari pantai.

Dari tahun 1901 sampai 1990, rata-rata permukaan air laut dunia naik sekitar 1,2 milimeter per tahun, namun dari tahun 1993 sampai 2010, tingkat tersebut naik sekitar 3 mm per tahun, yang berarti tingkat kenaikan lebih dari dua kali lipat, menurut laporan jurnal Nature 2015.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sekitar 7 persen pembangkit listrik Amerika Serikat pada tahun 2013 berasal dari pembangkit listrik tenaga air, yang menyumbang 52 persen energi terbarukan yang dihasilkan negara. Namun, pergeseran pola curah hujan dapat mengurangi tenaga air dalam jangka panjang. "Ini sekarang mengancam Amerika Barat dan beberapa wilayah Eropa juga," kata DeMenocal.

Peningkatan suhu dan perubahan pola hujan dikaitkan dengan penyebaran penyakit bawaan vektor (organisme lain yang mentransmisikan antara manusia atau hewan ke manusia), seperti penyakit Lyme dan malaria.

"Bahkan jika (penyakit yang ditularkan melalui vektor) diberantas secara lokal di wilayah tertentu, perubahan cuaca yang terkait dengan perubahan iklim dapat menyebabkan migrasi penyakit yang dibawa oleh vektor ini ke daerah baru," kata DeMenocal.

Lebih jauh lagi, beberapa wilayah di dunia, seperti bagian Timur Tengah dan Amerika Barat, tidak dapat ditinggali manusia karena suhu yang ekstrim.

Suhu yang ekstrim menyebabkan tubuh manusia tidak mampu menguap keringat untuk mendinginkan diri. "Jika tidak bisa menguap [keringat], manusia benar-benar bisa mati," kata DeMenocal.

Temperatur yang ekstrem juga dapat menurunkan produktivitas di kalangan pekerja. Menurut laporan Bloomberg pada tahun 2014 tentang risiko ekonomi dari perubahan iklim, panas yang ekstrim, terutama di Amerika Tenggara, dapat menyebabkan turunnya produktivitas pekerja luar ruangan sebesar 3 persen.

Penurunan ini dua kali lipat dari "perlambatan produktivitas" yang terjadi pada tahun 1970an, yang kemungkinan terjadi karena inflasi dan ketidakstabilan ekonomi yang tinggi, kata laporan tersebut.

Bumi diantisipasi untuk mengalami kenaikan suhu melampaui 2,7 derajat F (1,5 derajat C) dalam waktu sekitar 15 tahun - antara 2032 dan 2039. Planet ini diperkirakan akan melampaui patokan 3,6 derajat F (2 derajat C) antara tahun 2050 dan 2100.

"Jika kita berada dalam skenario emisi kita saat ini, peningkatan suhu lebih cepat dari itu," kata DeMenocal. "Bahkan selama 8000 tahun terakhir, kita belum melihat suhu seekstrim ini yang juga cepat peningkatannya."

LIVE SCIENCE | BENEDICTA ALVINTA | NS

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


6 Penyebab Kekeringan, Dampaknya Bagi Manusia

29 Mei 2023

Ilustrasi kekeringan. REUTERS/Mohamed Abd El Ghany
6 Penyebab Kekeringan, Dampaknya Bagi Manusia

Banyak faktor yang membuat fenomena kekeringan terjadi. Seperti badai El Nino 2015 di Indonesia dan masih banyak lagi.


Mahasiswa UGM Manfaatkan Aspal Jalanan Untuk Kurangi Peningkatan Suhu Perkotaan

14 September 2022

Mahasiswa UGM Gagas Pemanfaatan Aspal Jalanan Untuk Kurangi Peningkatan Suhu Perkotaan. ugm.ac.id
Mahasiswa UGM Manfaatkan Aspal Jalanan Untuk Kurangi Peningkatan Suhu Perkotaan

Mahasiswa UGM menggagas inovasi pemanfaatan aspal sebagai kolektor panas Asphalt Thermal Collector untuk mengurangi peningkatan suhu.


Anies Baswedan Sebut Balap Formula E bukan Kongres atau Munas, Maksudnya Apa?

3 Juni 2022

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (tengah) menyalami pembalap tim Mercedes-EQ Formula E Nyck De Vries (kanan) saat Meet and Greet Pebalap Formula E di kawasan Monas, Jakarta, Kamis 2 Juni 2022. Ajang Jakarta E-Prix 2022 akan digelar pada Sabtu 4 Juli 2022. ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso
Anies Baswedan Sebut Balap Formula E bukan Kongres atau Munas, Maksudnya Apa?

Anies Baswedan mengatakan balapan Formula E merupakan jawaban Jakarta untuk menghadapi perubahan iklim dan pemanasan global.


Ketika Pradikta Wicaksono Kesal Disebut Dekil, Kurus, dan Gondrong

24 September 2021

Dikta Yovie n Nuno atau Pradikta Wicaksono. Foto: Instagram Dikta.
Ketika Pradikta Wicaksono Kesal Disebut Dekil, Kurus, dan Gondrong

Pradikta Wicaksono mengungkapkan kejengkelannya ketika penampilannya yang disebut dekil, kurus, dan gondrong ini dikaitkan dengan tuntutan menikah.


Perbedaan Generasi Z dan Generasi Milenial, Siapa Lebih Peduli Lingkungan?

31 Agustus 2021

Ilustrasi Generasi Milenial. all-souzoku.com
Perbedaan Generasi Z dan Generasi Milenial, Siapa Lebih Peduli Lingkungan?

Setiap generasi memiliki ciri spesifiknya, apa perbedaan Generasi Z dan pendahulkunya, Generasi Milenial?


Ciri Spesifik Generasi Z Lahir antara 1995 - 2010, Selain itu Apa Lagi?

31 Agustus 2021

Ilustrasi menggunakan ponsel sambil berjalan. bbc.com
Ciri Spesifik Generasi Z Lahir antara 1995 - 2010, Selain itu Apa Lagi?

Istilah Generasi Z berseliweran di media sosial. Apa sebenarnya yang dimaksud Gen Z ini dan bagaimana ciri-cirinya?


Faisal Basri Serukan Boikot Bank yang Membiayai Proyek Batu Bara

20 April 2021

Faisal Basri. TEMPO/Jati Mahatmaji
Faisal Basri Serukan Boikot Bank yang Membiayai Proyek Batu Bara

Ekonom senior Faisal Basri ikut mendorong perbankan untuk tidak lagi membiayai proyek-proyek batu bara.


BMKG Sebut Siklon Seroja Tak Lazim, Bisa Picu Gelombang Tinggi Mirip Tsunami

6 April 2021

Pengendara motor melintas di samping tiang listrik yang patah akibat diterjang angin kencang di Kota Kupang, NTT, Senin, 5 April 2021. Angin kencang tersebut dipengaruhi badai siklon Seroja yang tengah terbentuk di wilayah NTT. ANTARA/Kornelis Kaha
BMKG Sebut Siklon Seroja Tak Lazim, Bisa Picu Gelombang Tinggi Mirip Tsunami

BMKG mengatakan dampak siklon ke-10 ini yang paling kuat dibandingkan siklon-siklon sebelumnya, Masuk ke daratan dan menyebabkan banjir bandang.


Mensos Risma: Erupsi Gunung Semeru Mungkin Dampak Global Warming

18 Januari 2021

Menteri Sosial Tri Rismaharini membantu membungkus nasi saat mengunjungi Posko Banjir Desa Wonoasri di Tempurejo, Jember, Jawa Timur, Senin, 18 Januari 2021. Risma terlihat memegang centong nasi untuk membantu petugas yang tengah sibuk menyiapkan nasi bungkus ke korban bencana. dok.Humas Kemensos
Mensos Risma: Erupsi Gunung Semeru Mungkin Dampak Global Warming

Mensos Risma menyebut peristiwa erupsi Gunung Semeru di Jawa Timur kemungkinan sebagai dampak dari pemanasan global atau global warming.


Cegah Global Warming, Pebisnis Tur Rick Steves Sumbang US$1 Juta

15 Oktober 2019

Berkurangnya krill sebagai sumber makanan bagi penguin tidak hanya akibat pemanasan global, tapi juga karena perburuan besar-besaran oleh pabrik pengolah ikan. boredpanda.com
Cegah Global Warming, Pebisnis Tur Rick Steves Sumbang US$1 Juta

Pariwisata menyumbang pembuangan karbon dalam Global warming. Itulah yenga mendorong pebisnis tur Rick Steves menyumbang US$ 1 juta.