Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Waspadalah, Pakar Prediksi Akan Ada Serangan Kedua WannaCry  

image-gnews
Program malware ransomware wannaCRY yang menyerang komputer secera masal di 99 negara. .kominfo.go.i
Program malware ransomware wannaCRY yang menyerang komputer secera masal di 99 negara. .kominfo.go.i
Iklan

TEMPO.CO, Washington - Serangan ransomware Wanna Decryptor alias WannaCry sejak Jumat pekan lalu menyita perhatian dunia. Program komputer jahat ini menyandera data komputer yang diserangnya.

Masalahnya, menurut beberapa pakar keamanan digital, akan ada serangan selanjutnya. "Pekan ini, saat jutaan orang kembali bekerja, mereka akan menghidupkan komputer untuk melihat apakah mereka terinfeksi. Di situ akan ada celah," kata James Barnett, pakar keamanan dari Venable dan pensiunan Angkatan Laut Amerika Serikat Navy, seperti dikutip dari Washington Post.

Baca: Ransomware WannaCry, Microsoft: Amerika Kecolongan

Ransonware WannaCry pertama kali menginfeksi National Health Service di Inggris sebelum menyebar ke 99 negara. Para peretas, yang dikenal dengan nama Shadow Brokers, menggunakan WannaCry untuk mengunci komputer dan mengancam menghapus data korban jika tidak membayar tebusan US$ 300 atau sekitar Rp 4 juta. Para korban disebutkan banyak yang menggunakan Windows XP, sebuah sistem operasi yang masih digunakan di seluruh dunia.

Beruntung, sebagian besar potensi kerusakan dapat diminimalisasi seorang peneliti keamanan berumur 22 tahun. Melalui akun Twitter @MalwareTechBlog orang yang tidak disebutkan namanya itu tidak sengaja menyertakan kill switch dalam perangkat lunak yang memungkinkan pemilik situs web tertentu menghentikan serangan. Dengan hanya membayar US$ 10 atau sekitar Rp 135 ribu untuk membayar domain, peneliti tersebut berhasil menggagalkan upaya penyusupan WannaCry yang lebih masif.

Baca: Peneliti MalwareTech Hentikan Peretasan Massal

Namun, menurut Barnett, kemenangan itu mungkin berumur pendek. Para hacker kemungkinan besar akan terus memodifikasi WannaCry. Sebetulnya, serangan ransomware ini sudah diprediksi sejak 2015. Kala itu, serangan ransomware, yang bersifat sporadis atau menyebar dengan banyak peretas, terjadi di beberapa negara.

Tren tersebut kian meningkat setelah kelompok hacker Shadow Brokers pada April lalu mengklaim telah berhasil mencuri program celah keamanan yang dibuat National Security Agency (NSA) dan merilisnya ke publik. "Sejak itu, saya tahu bahwa akan ada serangan besar," kata Peter Warren Singer, pakar teknologi di New American Foundation.

Baca: Heboh Peretasan Massal di 99 Negara, Pakai Program Punya NSA?

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kapan serangan kedua akan dimulai? Menurut Singer, secepatnya. Terlebih, kata dia, masih banyak lembaga dan perusahaan yang menggunakan Windows XP. David Edelman, pejabat administrasi era Barrack Obama di bidang teknologi, mengatakan beberapa agen federal telah bergerak cepat untuk mengantisipasi hal tersebut.

"Hanya, efektivitas dan kecepatan penanganan memang tergantung pad sumber daya di setiap lembaga itu," ujarnya.

Menurut Edelman, di seluruh dunia, termasuk Amerika, masih banyak sistem di pemerintahan yang menjalankan Windows XP. Sebagian besarnya sudah pasti terhubung dengan internet. "Banyak yang rentan," ucapnya.

Di Amerika saja, Edelman menjelaskan, pada 2015, Navy masih menggunakan Windows XP. Mereka membayar ke Microsoft US$ 9 juta atau sekitar Rp 121,5 miliar untuk mengembangkan Windows XP. Namun, kini Navy bergerak cepat untuk beralih ke Windows 10.

Baca: Pengguna Windows XP Lebih Rentan Terinfeksi Ransomware WannaCry

Stewart Baker, mantan penasihat umum di NSA, mengatakan serangan WannaCry secara tidak langsung mendorong lebih banyak permintaan komputasi awan (cloud). Tentu ini menguntungkan Google dan Microsoft sebagai dua perusahaan besar penyedia cloud terbesar di dunia.

"Serangan ini memaksa kita masuk ke cloud," tuturnya. Lepas dari semua spekulasi, yang jelas, para pengguna komputer harus mengamankan data agar tidak terkena infeksi ransomware WannaCry.

WASHINGTON POST | AMRI MAHBUB

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Reaksi Dunia atas Veto AS untuk Negara Palestina

2 jam lalu

Duta Besar Israel untuk PBB Gilad Erdan berbicara kepada anggota Dewan Keamanan dalam pertemuan untuk mengatasi situasi di Timur Tengah, termasuk masalah Palestina, di markas besar PBB di New York City, New York, AS, 18 April 2024. REUTERS /Eduardo Muno
Reaksi Dunia atas Veto AS untuk Negara Palestina

Amerika Serikat sekali lagi menunjukkan dukungannya terhadap Israel dan menggunakan hak vetonya dalam menghalangi terbentuknya Negara Palestina.


6 Cara Mengetahui Whatsapp Disadap dan Tips Mencegahnya

7 jam lalu

Uji terbatas chatbot Meta AI di versi terbaru aplikasi WhatsApp. Foto : Gsmarena
6 Cara Mengetahui Whatsapp Disadap dan Tips Mencegahnya

Ada beberapa cara mengetahui WhatsApp disadap. Salah satunya adalah adanya perangkat asing yang tersambung. Berikut ciri dan tips mencegahnya.


Kisah SAVAK, Satuan Intelijen Iran yang Disebut Kejam dan Brutal

7 jam lalu

Ilustrasi hukuman cambuk di Iran. REUTERS
Kisah SAVAK, Satuan Intelijen Iran yang Disebut Kejam dan Brutal

Iran dikenal sebagai negara yang bergejolak. Suatu rezim menggunakan lembaga khusus untuk mengawasi dan membungkam oposisi


Dimulai Hampir Setengah Abad Lalu, Ini 4 Fakta di Balik Sanksi Terhadap Iran

8 jam lalu

Iran: Sanksi Dicabut atau Tak Ada Kesepakatan Nuklir
Dimulai Hampir Setengah Abad Lalu, Ini 4 Fakta di Balik Sanksi Terhadap Iran

Sanksi ekonomi Iran telah dimulai hampir setengah abad lalu.


PBB Gagal Akui Negara Palestina karena Veto Amerika Serikat

10 jam lalu

Wakil Duta Besar Amerika Serikat untuk PBB, Robert Wood, berbicara di Dewan Keamanan PBB pada 8 Desember 2023. REUTERS
PBB Gagal Akui Negara Palestina karena Veto Amerika Serikat

Seperti telah diperkirakan, Amerika Serikat menggunakan hak vetonya untuk menggagalkan upaya Palestina menjadi anggota tetap PBB.


5 Milisi Pendukung Iran, Ada Houthi Hingga Organisasi Badr

10 jam lalu

Sejumlah anggota Houthi bersenjatakan senapan mesin berada di atas truk pick-up selama prSejumlah anggota Houthi bersenjatakan senapan mesin da RPG saaat berada di atas truk pick-up selama protes untuk mengecam serangan pimpinan AS terhadap Houthi di dekat Sanaa, Yaman 25 Januari 2024.  REUTERS/Khaled Abdullahotes untuk mengecam serangan pimpinan AS terhadap Houthi di dekat Sanaa, Yaman 25 Januari 2024.  REUTERS/Khaled Abdullah
5 Milisi Pendukung Iran, Ada Houthi Hingga Organisasi Badr

Sejak revolusi 1979, Iran telah membangun jaringan proksi di seluruh Timur Tengah. Pengawal Revolusi Iran dan Pasukan elit Quds memberikan senjata, pelatihan dan dukungan keuangan kepada gerakan milisi tersebut.


Uni Eropa Ajukan Perluasan Embargo terhadap Iran Setelah Serang Israel, Ini Riwayat Negara Barat Embargo Iran

11 jam lalu

Presiden Iran Ebrahim Raisi. Kepresidenan Iran/WANA via REUTERS
Uni Eropa Ajukan Perluasan Embargo terhadap Iran Setelah Serang Israel, Ini Riwayat Negara Barat Embargo Iran

Sepanjang sejarah, Iran telah menjadi sasaran berbagai sanksi internasional atau embargo dari beberapa negara, terutama Amerika Serikat dan Uni Eropa.


Menlu Retno Marsudi Minta AS Bantu De-eskalasi Konflik Iran-Israel, Apa Artinya?

20 jam lalu

Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi memakai keffiyeh saat penyampaian pendapat di ICJ, Jumat, 23 Februari 2024. Sumber : istimewa
Menlu Retno Marsudi Minta AS Bantu De-eskalasi Konflik Iran-Israel, Apa Artinya?

Apa arti dari de-eskalasi khususnya dalam konteks politik dan konflik Iran-Israel? Menlu Retno Marsudi minta AS lebih berperan.


Amerika Serikat Siap Jatuhkan Sanksi Baru ke Tehran Dampak Serangan Iran ke Israel

1 hari lalu

Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan berbicara dalam konferensi pers, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas, di Tel Aviv, Israel, 15 Desember 2023. REUTERS/Violeta Santos Moura
Amerika Serikat Siap Jatuhkan Sanksi Baru ke Tehran Dampak Serangan Iran ke Israel

Pemerintah Amerika Serikat sedang berupaya menjatuhkan sanksi baru ke Iran sebagai bentuk balasan atas serangan Iran ke Israel pada akhir pekan lalu.


Sejarah FBI dan Apa Saja Tugas-tugasnya

1 hari lalu

Logo Biro Investigasi Federal terlihat di markas besar FBI di Washington, AS, 14 Juni 2018. REUTERS/Yuri Gripas
Sejarah FBI dan Apa Saja Tugas-tugasnya

FBI mengatakan bahwa pihaknya sudah membuka penyelidikan kriminal atas runtuhnya jembatan Baltimore.