TEMPO.CO, Jakarta - Kecelakaan di tol Cipularang kilometer 91 yang terjadi pada 10.30 WIB tadi diduga akibat rem blong. Truk Colt Diesel menabrak dua mobil Patroli Layanan Jalan Tol (LJT) Jasa Marga setelah kehilangan kendali.
Peneliti fisika teknik dari Institut Teknologi Bandung, Teguh Aditanayo, mencoba menanggapi dari segi sains. Menurut dia, mobil-mobil besar seperti bus dan truk memang membutuhkan jarak aman tertentu dalam pengereman.
"Kondisi blong atau mudah selip biasanya juga terjadi karena pengereman mendadak saat berkendara dengan kecepatan cukup tinggi," kata Teguh saat dihubungi Tempo, Jumat, 19 Mei 2017.
Baca: 4 Orang Tewas dalam Kecelakaan Beruntun di Tol Cipularang
Hal itu, menurut Teguh, terjadi karena roda dipaksa untuk berhenti berputar. Padahal, roda tersebut sedang mengalami gaya yang sangat besar. "Ini sesuai dengan hukum gerak kedua Newton," ujarnya.
Ada tiga hukum gerak Newton. Ketiganya menjadi dasar mekanika klasik. Hukum ini menggambarkan hubungan antara gaya yang bekerja pada suatu benda dan gerak yang disebabkannya. Ketiga hukum gerak ini pertama dirangkum oleh Isaac Newton dalam karyanya Philosophiae Naturalis Principia Mathematica yang pertama kali diterbitkan pada 5 Juli 1687.
Baca: Jembatan Cisomang Bikin Macet Cipularang sampai 10 Km
"Kendaraan memang bergerak dengan hukum fisika," ujar Teguh.
Malam sebelumnya, kecelakaan beruntun juga terjadi di tol dan kilometer yang sama. Kecelakaan di tol Cipularang tersebut melibatkan 10 kendaraan dan menewaskan empat orang.
INGE KLARA SAFITRI