TEMPO.CO, Svalbard - Banjir melanda bank benih Svalbard Global Seed Vault, tempat sampel benih tumbuhan dari seluruh dunia yang ada di Nowergia, merupakan pertanda kiamat bagi para ilmuwan. Benih memang tidak rusak, tapi air yang membanjiri pintu lemari besi juga mencairkan lapisan es permafrost yang ada di dekatnya.
Permafrost adalah lapisan es yang tetap membeku di bawah tanah. Tempat menjebak mikroba.
Bagi ilmuwan, Svalbard Global Seed Vault merupakan "bahtera Nuh" benih tumbuhan. Ini adalah kesempatan terakhir bagi dunia untuk tetap bertahan jika hal yang buruk terjadi dan menghancurkan pasokan makanan. Apabila benih hancur, sama saja kiamat bagi seluruh pasokan makanan di muka bumi.
Baca: Kontroversi Donald Trump Picu Percepatan Kiamat
Svalrbard Global Seed Vault dibangun di lereng bukit di Pulau Svalbard, Norwegia, pada 2008. Bangunan ini dibuat untuk tempat menyimpan paket benih kering dan beku dari seluruh dunia selama ratusan tahun.
Para otoritas memilih tempat ini karena ada permafrost di bawahnya. Namun, banjir yang melanda tempat ini Jumat lalu membuat khawatir para ilmuwan. Sebab, untuk pertama kalinya dalam sejarah es abadi itu meleleh. Sebelumnya, terjadi pencairan es yang cukup masif belakangan ini di Kutub Utara.
"Kami tak akan mengira kejadian seperti ini. Saya pikir, dampak perubahan iklim seperti ini sama saja kiamat sudah di depan mata para ilmuwan," kata juru bicara Statsbygg, Hege Njaa Aschim, seperti dikutip dari The Guardian, Ahad, 21 Mei 2017. Statsbygg adalah lembaga yang mengelola Svalbard Global Seed Vault.
Baca: Penyebab Kiamat Versi Astronom
Para pekerja kini sedang bahu-membahu untuk menghilangkan air yang mulai memasuki pintu besi. Es yang mencair pun turut memperparah banjir yang melanda bank benih Svalbalrd Global Seed Vault.
THE GUARDIAN | AMRI MAHBUB