TEMPO.CO, Jakarta - Bos Bukalapak, Achmad Zaky, berbagi kisah sulitnya mendirikan Bukalapak hingga akhirnya menjadi besar seperti sekarang ini. Pada 2010, dia bercerita, hampir semua investor menolak memasukkan modal mereka lantaran bisnis digital yang masih belum jelas masa depannya.
"Apa itu bisnis digital? Bisnis yang jelas itu minyak, batubara, tambang," kata Zaky, menirukan perkataan investor-investor yang menolaknya kala itu, dalam buka puasa bersama awak media di Restoran Bunga Rampai, Jakarta Pusat, Rabu, 31 Mei 2017.
"Kami benar-benar dicuekin." Saat itu, menurut Zaky, juga merendahkan bisnis usaha kecil menengah yang untungnya tak seberapa.
Baca: Apa Kata Bos Bukalapak tentang Pajak E-Commerce?
Selain investor, Zaky mengatakan, Bukalapan juga sempat ditolak oleh para pedagang. Para pelaku usaha kecil menengah yang jadi target Bukalapak pun seperti enggan bergabung dengan perusahaan yang lahir pada 12 Januari 2010 itu.
Meski begitu, Zaki dan para pendiri Bukalapak lainnya tak kenal menyerah. "Tekad kami sudah bulat untuk kembangkan kultur teknologi digital di Indonesia," kata pria kelahiran Sragen, 24 Agustus 1986, ini.
Setahun mencari investor lain, akhirnya Bukalapak mendapatkan penambahan modal dari Batavia Incubator. Ini adalah pemodal gabungan dari Rebright Partners yang dipimpin Takeshi Ebihara, Japanese Incubator, dan Corfina Group. Pada 2012, Bukalapak kembali menerima tambahan investasi dari GREE Ventures yang dipimpin Kuan Hsu.
Dua tahun kemudian, Zaky dan tim meluncurkan aplikasi seluler untuk smartphone berbasis Android. "Untuk memudahkan akses jual-beli hanya dari sentuhan jari," Zaky bercerita. Sekadar informasi, sejak pertama kali diluncurkan hingga 31 Mei 201, applikasi tersebut telah diunduh lebih dari 10 juta kali.
Baca: CEO Bukalapak: Bisnis Internet Indonesia Bisa Saingi Jepang
Dalam ceritanya tampak sekali Zaky sangat berbangga kalau mengingat perjalanan tersebut. "Dulu kami sering tidur di kantor kecil kami. Akhir pekan pun dipakai buat mengembangkan Bukalapak. Malah, awal-awal tidak ada traffic sama sekali," ujarnya. "Sekarang, hanya dalam empat tahun, kami sudah bisa hasilkan revenue bersih mencapai Rp 20 miliar per bulan."
Selain dari jual beli barang dan jasa, menurut Zaky, total keuntungan yang cukup besar tersebut juga didapat dari berbagai program inovasi yang Bukalapak lahirnya. Di antaranya, Buka Reksa alias program investasi jangka panjang dan Agen Bukalapak di daerah-daerah.
"Di daerah ternyata pasarnya cukup tinggi. Agen kami di desa-desa menjembatani jurang teknologi antara warga yang ingin memiliki barang-barang yang tidak ada di daerahnya dan pedagang online," ujar Zaky.
Baca: Bukalapak.com Tembus Satu Juta Pelapak
Pada Ramadan tahun ini Bukalapak mulai masuk tahun ke-7 pendiriannya. "Yang jelas butuh kerja keras dan waktu yang tidak sebentar," ucap Zaky. Ramadan ini Bukalapak menggelar promo "Berbuka dapat Amplop". Ini adalah program cashback yang berlangsung sejak 19 Mei hingga 22 Juni mendatang.
Untuk pengguna yang ingin mendapatkan amplop cukup melakukan verifikasi akun dan update aplikasi Bukalapak yang dimiliki. Tiap pengguna berhak mendapatkan satu amplop dari satu transaksi bernilai minimum Rp 100 ribu termasuk ongkos kirim, melalui aplikasi Bukalapak. "Setelah Ramadan, tunggu kejutan lain dari Bukalapak," ujar Zaky diselingi tawa yang renyah.
AMRI MAHBUB