TEMPO.CO, Yogyakarta - Drone fix wing buatan mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) mendapat juara 3 dalam kompetisi Unamenned Aerial Vehicle (UAV) Turkish Aircraft Industries Corporation (TUSAS) 2017 di Ankara, Turki. Pesawat dengan bintang sayap dua meter dan panjang 120 sentimeter itu menjadi juara tiga dari 96 robot terbang dari berbagai negara.
Pesawat tanpa pilot ini, menurut Ketua tim Gamaforce, Rifyal Garda Prabowo, mempunyai berat 3 kilogram. Terbuat dari raisin dan fiber dilengkapi dengan berbagai komponen termasuk kamera dan mini PC (personal computer). Namanya Rasayana.
"Kami menjadi satu-satunya peserta dari Indonesia, bersaing dengan 400 tim lainnya," kata dia, Kamis, 20 Juli 2017. Perlombaan digelar sepanjang 13-16 Juli 2017.
Baca: Angkatan Laut AS Uji Laser Pembunuh Drone di Teluk Persia
Pesawat ini bisa terbang sejauh 100 kilometer dengan lama tempuh 100 menit. Paling tinggi bisa mengutarakan dalam ketinggian 40 meter. "Saat kompetisi hanya selama 7-10 menit dengan kecepatan 12 meter per detik. Tinggi terbang mencapai 40 meter," kata Ipal, panggilan akrab Rifyal.
Pada kontes itu, pesawat tanpa awak ini dituntut dapat terbang rendah sekaligus dengan kecepatan rendah menbaca citra dalam suatu matrik di arena perlombaan. Dosen pembimbing tim Gamaforce, Gesang Nugroho, menuturkan prestasi yang diraih membuktikan bahwa Ugmmemiliki kemampuan yang sejajar dengan negara-negara maju lainnya. Teknologi yang dikembangkan mampu bersaing dengan negara lainnya.
Dia berharap ke depan pemerintah memberikan dukungan dalam pengembangan pesawat ini. Dengan begitu pesawat tanpa awak ini dapat segera diaplikasikan untuk pemetaan dan foto udara serta monitoring suatu kawasan.
Baca: Rekor Dunia, RacerX Terbang 4 Kali Lebih Cepat dari Drone Biasa
Tim Gamaforce terdiri dari sembilan mahasiswa yang berasal dari Fakultas Teknik dan Fakultas MIPA. Mereka adalah Umar Fadhil Ramadhan; Ahmad Izudin; M. Syahrul Ramadhan R.W; Ardi Puspa Kartika; Rifyal Garda P; Riarsari Meirani U; Anindityo Agung B; Riswandha Latu D; dan, Faricha Hidayati. Selain Gesang, mereka dimbimbing Aufaclav Zatu Kusuma Frisky.
Untuk membuat pesawat ini dibutuhkan dana sebanyak Rp 20 jutaan. Sedangkan untuk perjalanan ke Turki dibiayai pihak sponsor dan universitas.
Baca: Masuk Industri, BPPT: Drone Alap-alap PA4 Diuji Coba Pemetaan
Simak berita menarik lainnya dari UGM dan soal drone hanya di kanal Tekno Tempo.co.
MUH SYAIFULLAH