TEMPO.CO, Depok - Lima mahasiswa Universitas Indonesia (UI), Depok, mengembangkan Aspergyomega, kapsul bernutrisi dari limbah ampas tahu dan onggok. Aspergyomega diyakini dapat menjadi alternatif minyak ikan.
Kelima mahasiswa UI itu adalah Ardita Rizky Putri Arcanggi (Teknik Bioproses), Ahmad rafif (Teknik Kimia), Mustika (Teknik Bioproses), Adinda Eka (Teknik Bioproses), dan Prastiwi Arum (Farmasi). Dari ampas tahu dan onggok, atau sisa penggilingan tapioka dari singkong, mereka membuat suplemen yang mengandung asam lemak tak jenuh Arachidonic Acid (AA), Eicosapentaenoic Acid (EPA) dan Docosahexaenoic Acid (DHA).
Inovasi suplemen pengganti minyak ikan ini bertujuan untuk menekan angka kekurangan gizi di Indonesia dan mendukung Indonesia Sustainable Development Goals (SDGs). Kepala Hubungan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi Publik Universitas Indonesia, Rifelly Dewi Astuti mengatakan salah satu faktor kekurangan gizi adalah kurangnya asupan asam lemak tak jenuh pada anak di bawah lima tahun. Asam lemak tak jenuh itu, misalnya, adalah AA, DHA dan EPA.
Baca: Mahasiswa Unair Bikin Alat Penurun Kadar Logam Berat pada Kerang
"Nutrisi berupa AA, DHA dan EPA selama ini dapat dipenuhi dengan mengonsumsi minyak ikan," kata Rifelly dalam pernyataan pers, Selasa, 15 Agustus 2017.
Tetapi, menurut dia, ketersediaan minyak ikan memiliki keterbatasan, yaitu pencemaran logam berat, penyediaan sumber daya ikan, dan harga produk yang relatif mahal. "Ketersediannya bergantung dengan musim, sehingga menjadi ancaman bagi penyediaan ikan di masa depan," ujarnya.
Berangkat dari tantangan tersebut, Ardita Rizky Putri Arcanggi dan timnya mencari sumber alternatif lainnya untuk pemenuhan produksi nutrisi yang dibutuhkan untuk pemenuhan gizi. Penelitian menghasilkan asam lemak dengan memilih limbah makanan yang difermentasi menggunakan mikroorganisme.
Baca: Mahasiswa Temukan Alakantuk, Alat Untuk Mengurangi Kecelakaan
"Hasil temuan kami ini mempunyai kelebihan antara lain waktu yang dibutuhkan dalam memproduksi asam lemak yang relatif singkat serta harga lebih murah dibandingkan minyak ikan," katanya.
Menurut Ardita, penelitian ini menganalisisa komposisi karbon berbasiskan bahan baku berupa onggok dan ampas tahu untuk menghasilkan asam lemak tidak jenuh yang terdiri dari AA, DHA dan EPA. "Tujuannya meningkatkan gizi masyarakat Indonesia," katanya.
Ardita menjelaskan onggok atau ampas singkong merupakan produk samping dari industri pengolahan singkong seperti tepung tapioka. Untuk ampas tahu merupakan sisa hasil pembuatan tahu.
Baca: Mahasiswa Universitas Surabaya Membuat Keju untuk Vegetarian
"Keunggulan dari produk ini adalah termasuk food grade yang aman untuk dimakan, relatif lebih murah serta mengandung nutrisi yang sangat baik bagi perkembangan otot, otak, syaraf mata serta baik bagi perkembangan anak," katanya.
IRSYAN HASYIM | TD