Adapun Telkom menyatakan akan melakukan migrasi ke Satelit Telkom 2 dan Satelit Telkom 3S dengan target restorasi hingga 10 September mendatang. Perusahaan itu juga akan meluncurkan satelit Telkom 4 pada Agustus tahun depan. Satelit ini memiliki 60 transponder.
Bermigrasi ke satelit pengganti memakan waktu lama. Operator dan pengguna perlu menyesuaikan posisi antena dan kapasitas lalu lintas layanan satelit baru. Telkom 1 memiliki 63 pelanggan, 8 di antaranya merupakan provider VSAT yang memiliki 12.030 anjungan tunai mandiri. Adapun total jumlah site yang dilayani mencapai 15 ribu. "Layanan ATM itu trafiknya kecil, tapi sebarannya banyak dan luas, sehingga perpindahannya ke satelit baru akan memerlukan waktu," ujar Adit.
Lantas, bagaimana nasib Telkom 1 yang menjadi sampah antariksa? Menurut Adit, jika roket pendorongnya masih berfungsi dan memiliki cukup bahan bakar, Telkom 1 bisa didorong lebih tinggi agar tidak mengganggu satelit lain. Satelit itu bisa menjadi sumber masalah jika tetap berada di orbit geostasioner dan tidak bisa dikendalikan. Dia berpotensi menabrak satelit lain.
Di orbit geostasioner, wahana itu awalnya diposisikan pada 108 derajat bujur timur dengan titik inklinasi 0 derajat atau di garis khatulistiwa. Menjadi sampah antariksa dan melayang tanpa kendali, menurut Djamaluddin, Telkom 1 bakal bergeser ke utara atau selatan orbitnya. Populasi satelit di kawasan itu, kata dia, tidak seramai di lokasi yang lebih dekat ke bumi. "Kemungkinannya kecil bertabrakan," ujarnya.
ANWAR SISWADI | GABRIEL WAHYU TITIYOGA