Di Indonesia, sampel diambil dari lima kawasan Jakarta; Bogor, Depok, dan Bekasi, Jawa Barat; dan Tangerang Selatan, Banten. Jumlahnya cukup mencengangkan.
Dari 21 sampel (per sampel rata-rata 500 mililiter) yang diambil, 76 persen di antaranya terkontaminasi mikroplastik. Artinya, ada 1,9 mikroplastik pada tiap 500 mililiter air keran maupun air tanah. Sebagian besar responden yang diambil airnya sebagai sampel menyatakan air tersebut digunakan untuk minum, mandi, mencuci pakaian, serta memandikan hewan peliharaan.
"Kami yakin memiliki cukup data untuk membuktikan bahwa satwa, terutama yang hidup di alam liar, terdampak mikroplastik," kata Sherri Mason, peneliti mikroplastik dari State University of New York, yang menjadi anggota studi. "Ini membuat kita berpikir bahwa, apakah mikroplastik berpengaruh kepada manusia?"
Plankton Sagitta setosa, yang berguna dalam ekosistem laut, memakan serat mikroplastik yang panjangnya mencapai 3 milimeter. (Orb Media)
Studi Orb Media ini memang belum sampai sana. Namun, menurut Richard Thompson, peneliti biologi kelautan yang juga Wakil Dekan bidang Penelitian Fakultas Sains dan Teknologi Playmouth University di Inggris, mikroplastik bisa saja mengandung dan menyerap bahan kimia beracun.
"Banyak studi terhadap satwa liar, mikroplastik melepas senyawa kimia tersebut ke dalam tubuh," ujar Thompson, yang tak tergabung dalam tim, kepada Orb Media. Senyawa kimia beracun tersebut, menurut dia, akan dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui sistem pencernaan.
Selain itu, menurut dia, mikroplastik juga bisa membawa bakteri berbahaya yang bisa saja dibawa dari tempat pengolahan air limbah, sangat mungkin terjadi pada manusia mengingat ukurannya yang sangat kecil. "Dalam kisaran mikron, mikroplastik bisa saja menembus sel tubuh," kata dia.
Mikroplastik yang ditemukan dari sampel di Jalan Ketang-ketang, Pulo Gadung, Jakarta Timur. (Orb Media)
Baca:Alkohol Sehat atau Buruk? Hasil Riset Ini Menjawabnya
Adapun yang memiliki kontaminasi tertinggi ialah Amerika Serikat, yang jumlahnya mencapai 94 persen. Sampel air tersebut diambil dari kawasan Capitol Hill di Washington D.C., tempat Gedung Kongres dan markas Environtmental Protection Agency. Juga, diambil di New York, tempat Trump Tower berdiri.
Tingkat kontaminasi tertinggi juga ada di Lebanon, 94 persen. "Penelitian ini hanya menggores permukaan, tapi hasilnya bikin 'gatal'," ujar CEO Difaf, Hussam Hawwa. Difaf adalah lembaga konsultan lingkungan yang berbasis di Lebanon dan turut andil dalam studi ini saat pengumpulan sampel. Negara-negara Eropa, termasuk Inggris, Jerman dan Prancis memiliki tingkat kontaminasi terendah, jumlahnya 72 persen.
Meski para ahli mengatakan masih terlalu dini menghubungkan serat plastik dalam air keran dengan kandungan kimia atau senyawa biologis lain. "Paling dekat adalah penelitian dampaknya terhadap manusia," kata Lincoln Fok, pakar lingkungan dari Education University of Hong Kong. "Apakah terakumulasi dalam biologis? Membatasi perkembangan sel manusia? Atau, menjadi vektor patogen berbahaya?"
Baca: Ini Hasil Riset Google Soal Perilaku Belanja Online di Indonesia
Simak hasil riset menarik lainnya hanya di kanal Tekno Tempo.co.
AMRI MAHBUB | DAN MORISSON | CHRITOPHER TYREE