Bahkan, restoran siap saji McDonald juga meredupkan sinar dari lampu kuningnya sebagai bagian dari aksi peduli terhadap perubahan iklim global. "Earth Hour adalah sebuah pernyataan besar bahwa dunia siap memecahkan masalah ini," kata Carter Roberts, kepala World Wildlife Fund, organisasi yang mensponsori Earth Hour. "Setiap orang menyadari efek luar biasa yang bakal ditimbulkan akibat perubahan iklim terhadap mereka."
Jumlah kota yang berpartisipasi dalam kegiatan tahun ini meningkat tujuh kali lipat dibanding Earth Hour tahun lalu yang diikuti 400 kota setelah Sydney, Australia, menggelar kegiatan itu pada 2007. Minat untuk berpartisipasi dalam kegiatan untuk menghambat laju perubahan iklim ini semakin meningkat menjelang negosiasi perjanjian pemanasan global yang baru di Kopenhagen, Denmark, Desember mendatang. Kesepakatan global sebelumnya, Protokol Kyoto, akan berakhir pada 2012.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Ban Ki-moon mendukung konvensi tersebut untuk mencapai kesepakatan tentang perubahan iklim yang adil dan efektif. Dalam dukungannya tersebut, Ban Ki-moon mempromosikan partisipasi Earth Hour dalam video yang disiarkan dalam channel YouTube. "Earth Hour adalah sebuah cara bagi warga dunia untuk menyampaikan pesan yang jelas," kata Ban. "Mereka menginginkan adanya tindakan dalam perubahan iklim."
Dalam kegiatan Earth Hour di Chicago dan Illinois utara, Amerika Serikat, misalnya, sukses menurunkan pemakaian listrik 5 persen. Itu berarti pengurangan emisi karbon dioksida sampai 381.018 kilogram. "Kegiatan ini lebih dari sekadar memadamkan lampu," kata Roberts. "Pesan yang ingin kami sampaikan kepada warga dunia adalah keputusan untuk memecahkan masalah ini ada di tangan kita. Semua orang bisa melakukan aksi membangun yang positif."
TJANDRA DEWI | AP