Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Flu Babi Lebih Berbahaya Daripada yang Diduga

image-gnews
Virus H1N1/Yoshihiro Kawaoka/Istimewa
Virus H1N1/Yoshihiro Kawaoka/Istimewa
Iklan

TEMPO Interaktif, Jakarta - Sebuah studi baru menunjukkan bahwa serangan virus H1N1 yang sedang mewabah secara global saat ini, ternyata sangat berbahaya dan bersifat lebih mematikan daripada serangan-serangan virus influenza sebelumnya.

Jumlah penderita flu babi secara global dalam satu pekan kemarin saja, telah meningkat lebih dari 50%, menjadi 40.000 kasus di seluruh dunia. Diperkirakan sekitar 5.000 - 7.000 kasus berakhir dengan kematian. Kini hampir tak ada satu pun kota besar di dunia yang terbebas dari serangan virus ini.

Di Indonesia, rilis dari Departemen Kesehatan kemarin, Senin (15/7), jumlah penderita flu babi telah mencapai 142 kasus. Padahal  temuan pertama kasus flu babi di Indonesia, baru ditemukan tiga pekan lalu.

Sementara ini belum ada kasus kematian akibat flu babi di Indonesia, namun menteri kesehatan meminta masyarakat untuk bersikap antisipatif terhadap serangan virus H1N1 ini dengan cara hidup sehat dan bersih. Yakni membiasakan pola mencuci tangan dengan sabun, dan melaksanakan etika batuk dan bersin yang benar. "Apabila ada gejala Influenza gunakan masker dan tidak ke kantor, ke sekolah atau ke tempat-tempat keramaian dan istirahat di rumah selama 5 hari. Apabila flu dalam dua hari tidak sembuh segeralah periksa ke dokter," kata Siti Fadillah Supari, Senin (15/7). Keseriusan antispasi ini perlu, karena penyakit flu merupakan penyakit yang biasa menyerang manusia, sehingga seringkali diabaikan.

Data di Inggris, lebih dari 73 orang per 100.000 penduduk pada tanggal 6 - 12 Juli 2009 dilaporkan terserang flu babi, naik 46% dari pekan sebelumnya. Serangan terbesar terutama terjadi pada anak usia 5 - 14 tahun yang mencapai 159,57 kasus per 100.000 penduduk. Kemudian bayi hingga umur 4 tahun, dengan 114,12 kasus per 100.000 penduduk. Kemudian resiko terbesar diikuti orang berusia 15 - 44 tahun, kemudian 45 - 65 tahun, dan selanjutnya orang berumur 65 tahun keatas.

Lonjakan cepat serangan virus flu babi dalam dua pekan ini, telah membuat seluruh ilmuwan di dunia bekerja keras untuk menguak apa yang sedang terjadi dengan virus ini. Sebuah tim peneliti dari Universitas Madison yang dipimpin oleh Profesor Yoshihiro Kawaoka menemukan bahwa serangan virus H1N1 lebih bersifat pathogenik (lebih beresiko menyebabkan sakit) daripada serangan-serangan virus influenza sebelumnya. Penelitian mereka dipublikasikan dalam jurnal Nature, edisi 13 Juli 2009.

Dari hasil penelitian tim Kawaoka, serangan virus H1N1 ternyata lebih berbahaya dan lebih mematikan daripada serangan virus flu biasa. Virus H1N1 ternyata memiliki kemampuan menyerang kedalam sel-sel terdalam dari paru-paru, sehingga menyebabkan radang paru-paru (pneumonia) pada penderita, dan dalam beberapa kasus, faktor inilah yang kemudian menyebabkan kematian. Sedangkan serangan virus flu biasa,  biasanya hanya meng-infeksi jaringan saluran pernapasan atas, tanpa serangan ke organ dalam paru-paru. "Inilah yang belum dimengerti dari virus ini," ujar Kawaoka, profesor patologi dan pakar influenza di Madison School of Veterinary Medicine," orang berpikir serangan virus ini seperti flu biasa. Studi kami menunjukkan serangan ini lebih serius."

Kemampuan serang virus H1N1 kedalam paru-paru ini, dalam catatan Kawaoka, mirip dengan serangan virus flu pada tahun 1918, yang juga menyebabkan wabah global dengan angka kematian mencapai belasan juta korban di seluruh dunia, sebanding dengan jumlah korban dari Perang Dunia I. Kawaoka juga menemukan, bahwa orang-orang yang lahir sebelum tahun 1918, ternyata resisten atau memiliki kekebalan terhadap serangan virus flu babi sekarang ini. Mereka memiliki antibodi terhadap serangan virus ini.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Untuk menguji tingkat bahaya virus H1N1, Kawaoka dan timnya melakukan penelitian, dengan meng-infeksikan virus ini kedalam hewan percobaan tikus, musang, dan monyet --model penelitian yang selama ini sudah umum diterapkan dalam riset-riset tentang influenza-- dengan perbandingan satu kelompok diinfeksi virus H1N1 dan kelompok pembanding diinfeksi dengan virus influenza biasa. Hasilnya, mereka menemukan virus H1N1 ternyata lebih cepat melakukan replikasi (perkembangbiakan) dan sangat cepat menyebar ke seluruh saluran respirasi hingga pada jaringan sel-sel terdalamnya, dan akhirnya menyebabkan kerusakan pada paru-paru. "Ketika kami melakukan percobaan pada musang dan monyet, virus flu biasa tidak mampu melakukan replikasi di paru-paru," ujar Kawaoka," tetapi virus H1N1 secara signifikan cepat melakukan replikasi di paru-paru."

Dalam studi ini, sample virus H1N1 diambil dari pasien flu babi dari California, Wisconsin, Netherlands, dan Jepang.

Laporan Jurnal Nature juga mengemukakan tentang penelitian respon-respon kekebalan terhadap serangan virus H1N1 ini. Dan dari hasil penelitian Kawaoka, ternyata pada orang-orang tua yang lahir sebelum 1918, tahun ketika virus ini juga pernah menyerang secara global, memiliki antibodi yang mampu menetralisir serangan. "Orang yang memiliki antibodi terhadap serangan ini adalah orang-orang tua yang lahir sebelum 1918," ujar Kawaoka.

Pada penelilian uji perlakuan antiviral pada tikus, Kawaoka menemukan bahwa obat-obat antiviral (yaitu obat-obat anti serangan virus) secara efektif mampu mengurangi laju serangan virus ini dan dapat memperlambat penyebarannya.  "Obat itu mampu bekerja efektif dalam hewan percobaan, dan itu menunjukkan juga akan bekerja efektif pada organ manusia," ujar Kawaoka.

Untuk saat ini, obat antiviral inilah yang dipandang sebagai strategi pertama untuk menghadapi serangan virus H1N1, sebelum dunia medis mampu menemukan obatnya. Di Indonesia, strategi ini juga yang baru bisa dilakukan dalam menghadapi serangan virus H1N1. Pasien terduga flu babi, biasanya diberikan obat antiviral Tamiflu sambil mendapatkan perawatan kesehatan untuk memperkuat daya kekebalan tubuhnya menahan serangan virus ini.

Yang belum jelas, bagaimana pola penyebaran global dari virus ini. Internasional traffict selama ini disalahkan sebagai medium penyebaran virus ini secara global.



SCIENCEDAILY l TIMESONLINE l BBCl WAHYUANA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Inggris Laporkan Virus Mirip Flu Babi Terdeteksi pada Manusia

28 November 2023

Daging babi yang dijual di sebuah pasar di Bangkok, Thailand, 11 Januari 2022. Pihak berwenang Thailand mengatakan bahwa mendeteksi kasus pertama flu babi Afrika pada 11 Januari 2022 di sebuah rumah potong di provinsi Nakhon Pathom. REUTERS/Chalinee Thirasupa
Inggris Laporkan Virus Mirip Flu Babi Terdeteksi pada Manusia

Inggris telah mendeteksi kasus pertama virus flu pada manusia yang serupa dengan virus flu babi.


Beragam Jenis Penyakit Flu Mulai Flu Burung, Flu Unta sampai Flu Babi, Mana Paling Berbahaya?

15 Oktober 2023

Ilustrasi pria flu. shutterstock.com
Beragam Jenis Penyakit Flu Mulai Flu Burung, Flu Unta sampai Flu Babi, Mana Paling Berbahaya?

Sejak puluhan tahun, flu mengalami perkembangan dengan berbagai varian, seperti flu burung, flu babi, flu Singapura, flu tomat, dan flu unta.


Terpopuler: Hujan Kritik Jokowi Ambil Alih Perbaikan Jalan Rusak, Singapura Kembali Impor Babi dari Batam

8 Mei 2023

Rombongan mobil Presiden Joko Widodo atau Jokowi melintasi jalanan rusak saat kunjungan kerja di Jalan Terusan Ryacudu, Lampung Selatan, Lampung, Jumat, 5 Mei 2023.  Foto: Laily Rachev - Biro Pers Sekretariat Presiden
Terpopuler: Hujan Kritik Jokowi Ambil Alih Perbaikan Jalan Rusak, Singapura Kembali Impor Babi dari Batam

Berita-berita ekonomi dan bisnis sepanjang Ahad kemarin, 7 Mei 2023 dimulai dari Presiden Jokowi meninjau jalan-jalan rusak di Lampung.


Beragam Jenis Flu, Kenali Flu Unta sampai Flu Tomat

17 Desember 2022

Ilustrasi wanita flu sedang bekerja di kantor. shutterstock.com
Beragam Jenis Flu, Kenali Flu Unta sampai Flu Tomat

UK Health Security Agency (UKHSA) mengimbau para penonton Piala Dunia 2022 Qatar untuk mewaspadai tanda-tanda terinfeksi flu unta. Ini ragam flu.


Setelah Flu Burung, Flu Singapura, dan Flu Babi, Muncul Flu Tomat

31 Agustus 2022

Ilustrasi flu tomat. Foto : Shutterstock
Setelah Flu Burung, Flu Singapura, dan Flu Babi, Muncul Flu Tomat

Sebelum Flu Tomat mengejutkan dunia, 3 jenis flu ini pernah menggegerkan masyarakat dan wajib Anda waspadai: flu burung, flu Singapura dan flu babi.


4 Penyakit yang Pernah Ditetapkan Darurat Kesehatan Global

27 Juli 2022

WHO menetapkan monkeypox atau wabah cacar monyet sebagai public health emergency of international concern atau darurat kesehatan global.
4 Penyakit yang Pernah Ditetapkan Darurat Kesehatan Global

WHO menetapkan cacar monyet sebagai darurat kesehatan global. Penetapan ini bukanlah kali pertama.


Cara Menghindari Flu

8 November 2021

Ilustrasi virus flu. freepik.com
Cara Menghindari Flu

Untuk orang tua vaksinasi influenza ini kurang efektif, namun bisa mengurangi tingkat keparahan penyakit flu.


Fakta-fakta tentang Flu Burung, Flu Babi, dan Influenza

8 November 2021

Ilustrasi virus flu. freepik.com
Fakta-fakta tentang Flu Burung, Flu Babi, dan Influenza

Flu babi menyebar dengan cepat dari satu negara ke negara lain, tapi orang muda dan orang tua telah kebal terhadapnya.


Miliarder Cina Peternak Babi Dihukum 18 Tahun Karena Kritik Pemerintah

29 Juli 2021

Sun Dawu. Handout/SCMP
Miliarder Cina Peternak Babi Dihukum 18 Tahun Karena Kritik Pemerintah

Miliarder Cina dihukum 18 tahun penjara karena berani mengkritik kebijakan pemerintah terkait penanganan flu babi.


Mendag Lutfi Ungkap Peliknya Persoalan Kedelai dan Penyebab Harga Naik

11 Januari 2021

Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengikuti upacara pelantikan di Istana Negara, Jakarta, Rabu, 23 Desember 2020. M Lutfi juga pernah menjabat sebagai Menteri Perdagangan di masa kepresidenan SBY. ANTARA/BPMI Setpres/Muchlis Jr
Mendag Lutfi Ungkap Peliknya Persoalan Kedelai dan Penyebab Harga Naik

Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengatakan tidak mudah mengatasi persoalan kacang kedelai.