TEMPO Interaktif, Purwokerto - Dosen Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto menemukan padi dengan kandungan zat besi tinggi. Padi jenis ini dinilai pro-perempuan, dimana kebutuhan zat besi pada perempuan meningkat pada saat ia datang bulan.
"Padi ini memang baik dikonsumsi perempuan karena tingginya zat besi,” kata Suwarto, Dosen Pemuliaan Tanaman pada Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, Senin (14/6).
Suwarto mengatakan, pada umumnya padi yang ditanam di Indonesia hanya mengandung 10 ppm zat besi. Namun, zat besi dalam padi yang belum diberi nama ini mencapai 20 ppm.
Ia menyebutkan, defisiensi zat besi dialami oleh hampir 50 persen perempuan hamil di dunia. Sedangkan perempuan tidak hamil dan anak-anak pra usia sekolah angkanya mencapai 40 persen.
Suwarto menyilangkan padi varietas Gilirang, Fatmawati, dan IR-64 dengan padi IRRI, Cimelati, G-10. Dari hasil persilangan itu, muncul galur pada keturunan ke-enam yang kaya akan ferum atau zat besi. “Ada tiga galur paling kaya ferum yakni, G27, G37, dan G 2,” katanya.
Penelitian yang dilakukannya dari tahun 2007-2010 itu diyakini bisa memenuhi kebutuhan zat besi masyarakat Indonesia yang mengkonsumsi nasi sebagai makanan pokok. Ia menambahkan, padi tersebut bisa ditanam di seluruh karakter tanah.
Padi tersebut, imbuhnya, bahkan kadar ferumnya lebih tinggi dibandingkan padi ciptaan peneliti Filipina yang sudah menjadi varietas. Galur ini, kata dia, sudah diujicobakan di 14 lokasi berbeda. Untuk menjadi varietas dibutuhkan dua lokasi uji coba lagi.
Totok Agung, peneliti padi lainnya, selain mengembangkan padi kaya ferum, Unsoed juga akan meluncurkan lima varietas padi lainnya yang kaya akan unsure mikro. “Kami sedang mengembangkan padi kaya protein dan kaya vitamin A,” katanya.
Beberapa varietas padi yang rencanaya akan diluncurkan Oktober tahun ini diantaranya, padi berprotein tinggi, padi tahan naungan, dan padi tahan suhu rendah. Selain itu, ada juga padi aromatic dan padi Kosihikari dari Jepang yang dinilai merupakan padi paling enak di dunia. “Nasi dari padi ini, banyak digunakan makanan cepat saji khas Jepang,” imbuhnya.
Totok menambahkan, Unsoed memfokuskan diri meneliti varietas unggul terutama padi agar nasib petani bisa terangkat. Selama ini, petani Indonesia masih menanam dengan orientasi hasil banyak. “Sekarang harus mulai berubah, padi hasilnya banyak, enak, berkualitas dan bergizi,” katanya.
ARIS ANDRIANTO