Burung Ibis putih Amerika (Eudocimus albus) dari Florida selatan yang mengonsumsi methylmercury (MeHg), bentuk merkuri paling beracun dan mudah diserap di lingkungan, menunjukkan kecenderungan untuk berhubungan sejenis. Fenomena homoseksual itu tidak ditemukan dalam populasi spesies burung liar yang hidup di habitat yang bebas pencemaran merkuri.
Sumber utama merkuri umumnya berasal dari pembangkit listrik tenaga batu bara dan tambang emas, meski di Florida pencemaran merkuri kemungkinan berasal dari pembakaran sampah kota dan rumah sakit. Logam itu diubah menjadi methylmercury oleh sejumlah spesies bakteri yang biasa ditemukan di lahan basah, dan kebetulan merupakan rumah beraneka spesies burung.
Peter Frederick, ahli ekologi di University of Florida, Gainesville, dan timnya mengumpulkan 160 anak burung ibis putih dari beberapa koloni perkembangbiakan di Florida selatan pada 2005, dan membaginya menjadi empat kelompok. Tiap kelompok terdiri dari 20 jantan dan 20 betina.
Ketika anak burung berusia 90 hari, para ilmuwan menambahkan methylmercury ke dalam pakan mereka. Dosisnya berbeda rendah, sedang atau tinggi disesuaikan dengan kadar methylmerkuri di alam, antara 0,05 – 0,3 ppm. Kelompok keempat sama sekali tak diberi merkuri.
Selama tiga tahun, para ilmuwan mengukur kadar merkuri pada bulu dan darah ibis, serta mengamati perilaku seks mereka. Tim itu menemukan bahwa kadar merkuri terakumulasi, dan menyebabkan 13-15 persen sarang gagal memproduksi keturunan. Mayoritas sarang yang tak menghasilkan telur itu ternyata milik pasangan jantan-jantan.
Burung yang terpapar merkuri lebih jarang memamerkan perilaku untuk menarik perhatian lawan jenis. Ketika melakukan “tarian percumbuan” burung jantan itu juga jarang didekati burung betina. Bersamaan dengan peningkatan paparan merkuri, melonjak pula derajat dan persistensi hubungan sejenis.
“Burung jantan yang terlibat hubungan sejenis juga jarang berganti pasangan dari tahun ke tahun,” kata Frederick. “Ibis cenderung berganti pasangan jika mereka tak berhasil memiliki keturunan selama musim kawin pertama.”
NATURE | TJANDRA