TEMPO Interaktif, Colorado - Dalam beberapa dekade terakhir planet Bumi yang kita tinggali ternyata kian gemuk, jauh lebih bulat. Perubahan iklim memicu perubahan itu.
Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa bumi tak berbentuk bola sempurna, melainkan agak gepeng di kedua kutubnya. Bentuk ini tercipta karena Bumi berotasi selama miliaran tahun, sehingga menggelembungkan permukaan di bagian khatulistiwa.
Radius planet di daerah khatulistiwa 20,9 kilometer lebih panjang dibandingkan di daerah kutub. Perbedaan radius ini menyebabkan puncak sebuah gunung di Ekuador sebagai titik terjauh dari pusat Bumi, bukan puncak Gunung Everest.
Perubahan ini terjadi selama beberapa puluh tahun terakhir. Lapisan es setebal beberapa kilometer yang menutupi belahan utara selama 22 ribu tahun terakhir perlahan mulai mencair. Pencairan ini mengurangi jumlah massa yang menumpuk di atas kerak Bumi. Akibatnya kerak di bagian utara melambung ke arah luar, membuat Bumi lebih gembung.
“Sejak pertengahan 1990-an Bumi lebih bulat dari sebelumnya,” ujar insinyur antariksa dari University of Colorado, Steve Nerem.
Mencairnya gletser di Greenland dan Antarktika menjadi penyebab utama penggemukan Bumi ini. Air yang meleleh dari daerah tersebut mengalir ke khatulistiwa. Menurut dia, setiap tahun kedua daerah ini kehilangan es sebesar 382 miliar ton. Pengurangan massa yang harus ditopang membuat kerak Bumi di sekitar kutub utara menggembung 0,71 sentimeter tiap dekade.
Penggemukan Bumi bisa dikaitkan dengan perubahan iklim. Pencairan lapisan es sebagian besar disumbangkan oleh memanasnya atmosfer Bumi akibat terlalu banyak menyimpan gas rumah kaca. Peneliti terus mengikuti perkembangan penggemukan Bumi ini menggunakan Gravity Recovery and Climate Experiment (GRACE) hingga satelit ganda ini selesai beroperasi pada 2016.
ANTON WILLIAM | BERBAGAI SUMBER