TEMPO Interaktif, Jakarta- Industri kesehatan mulai secara serius menggarap teknologi mobile untuk mengembangkan bisnis mereka. Untuk pasar Asia, pemanfaatan teknologi mobile, terutama telepon seluler, bisa mencapai US$ 7 miliar pada 2017.
Pemanfaatan teknologi bergerak ini sudah lazim diterapkan di Eropa dan Amerika Serikat. Dokter bisa memantau kadar gula darah penderita diabetes lewat tinjauan harian di ponsel. Dokter juga dapat memberikan jawaban atas pertanyaan ibu hamil melalui layanan pesan singkat atau SMS.
Jeanine Vos, kepala unit kesehatan mobile di Global System for Mobile Communications Association (GSMA), mengatakan teknologi ini bisa dimanfaatkan di Asia.
GSMA adalah asosiasi yang mewakili 800 operator mobile di seluruh dunia dan 200 operator mobile yang berhubungan dengan perusahaan pembuat handset, perangkat lunak, media dan perusahaan-perusahaan internet.
"Kami memperkirakan peluang pasar bisa mencapai US$ 7 miliar pada 2017 dari posisi sekarang US$ 500 juta," kata Vos, seperti dikutip Reuters.
Perusahaan yang telah menyediakan layanan kesehatan ini seperti France Telecom Orange, NTT Docomo di Jepang, dan Rumah sakit Apollo di India.
Dari hasil riset GSMA dan PricewaterhouseCoopers mengungkapkan sebanyak 55 persen teknologi mobile ini akan digunakan untuk layanan pemantauan kesehatan dan 24 persen lagi untuk layanan diagnosis.
Vos mengatakan sejumlah operator seluler, produsen perangkat, pengembang perangkat lunak dan penyedia layanan kesehatan telah menyatakan untuk mengembangkan teknologi ini di bidang kesehatan.
Menurut Vos aplikasi mobile ini dapat digunakan di banyak negara Asia untuk membantu dokter membuat diagnosis dan memantau pasien dengan penyakit kronis, seperti diabetes dan penyakit jantung.
Namun, kata Vos penggunaan teknologi mobile ini masih perlu meyakinkan pemerintah dan kalangan dokter. "Tantangan utama adalah pemerintah dan profesional medis," kata Vos.
REUTERS | IQBAL MUHTAROM