Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Merkuri Ancaman Serius bagi Manusia  

image-gnews
Merkuri. scientificamerican.com
Merkuri. scientificamerican.com
Iklan

TEMPO.CO , Jakarta -Polusi udara oleh merkuri menjadi persoalan serius yang memiliki dampak jangka panjang. Merkuri adalah unsur dasar yang dijumpai secara alami dalam kerak bumi. Merkuri juga terkandung dalam batu bara, yang biasa digunakan sebagai bahan bakar pembangkit listrik di negara-negara maju dan berkembang.

Pembangkit listrik berbahan bakar batu bara selama ini menjadi biang keladi atas lebih dari 40 persen jumlah emisi merkuri pada manusia. Demikian data yang dilansir Environmental Protection Agency (EPA), lembaga perlindungan lingkungan Amerika Serikat.

"Sekali mencemari udara, merkuri dapat mengkontaminasi pasokan air dan meracuni menusia dan binatang," demikian isi laporan EPA.

Ketika dilepaskan ke udara, merkuri dapat turun dan mengendap dalam tubuh air dan di tanah. Merkuri yang terikat dalam air dapat diubah oleh bakteri menjadi metil merkuri, salah satu bentuk merkuri yang beracun. Sekali air terkontaminasi merkuri, manusia dan binatang berpotensi tercemar metil merkuri.

Masih menurut laporan EPA, senyawa metil merkuri mudah terakumulasi dan tersimpan dalam tubuh ikan dan kerang yang hidup di perairan tercemar. Tapi senyawa beracun itu tidak gampang hilang dari tubuh.

Sesuai rantai makanan, metil merkuri juga akan berpindah dan tersimpan ke tubuh makhluk hidup lain yang memangsa ikan atau kerang yang terkontaminasi. Seberapa banyak kadar metil merkuri yang tersimpan ke dalam tubuh, itu tergantung jenis dan berapa banyak ikan atau kerang yang dimakan.

Kontaminasi metil merkuri akan terus berlanjut ke makhluk hidup lain yang memangsa pemangsa ikan atau kerang, sesuai urutan rantai makanan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pada binatang, merkuri dalam kadar tinggi dapat menyebabkan gangguan kesuburan, mengambat pertumbuhan dan perkembangan, memicu perilaku abnormal, hingga kematian.

Bagaimana dengan manusia? Kondisi manusia tidak lebih baik jika sama-sama tercemari merkuri. Bahkan, manusia dapat terpapar metil merkuri dalam kadar tinggi ketika sering mengkonsumsi binatang yang terkontaminasi metil merkuri, terutama ikan.

EPA memperingatkan bahwa tingkat merkuri yang tinggi dapat membahayakan otak, jantung, ginjal, paru-paru dan sistem kekebalan tubuh manusia. Kadar metil merkuri yang tinggi dalam darah janin dan anak-anak dapat membahayakan sistem saraf dan mengganggu aktifitas otak dan kemampuan belajar.

Ikan hiu, todak, dan makarel biasanya mengandung merkuri dalam kadar tinggi. Sebab, ikan-ikan tersebut memiliki umur relatif panjang dibandingkan ikan jenis lain yang dikonsumsi manusia, sehingga potensi merkuri terkumpul dan tersimpan dalam tubuh ikan menjadi lebih besar.

Atas temuan tersebut, EPA merekomendasikan kepada perempuan yang mempertimbangkan kehamilan, ibu hamil, ibu menyusui, dan anak-anak untuk menghindari mengkonsumsi jenis-jenis ikan tersebut.

EPA | MAHARDIKA SATRIA HADI

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Startup di Telkom University Bikin Alat Pemantau Udara: Ramah Lingkungan, Wireless, Berorientasi Siswa

13 hari lalu

Alat pemantau polusi udara Birulangit yang dipasang di Telkom University Bandung. Dok. Tel-U
Startup di Telkom University Bikin Alat Pemantau Udara: Ramah Lingkungan, Wireless, Berorientasi Siswa

Startup BiruLangit dari unit inkubasi Bandung Technopark Telkom University mengembangkan alat pemantau udara Low-Cost Sensors (LCS)


Mikroplastik di Dalam Darah Berkorelasi dengan Peningkatan Serangan Jantung

16 hari lalu

Kandungan mikroplastik dari hasil penelitian atas tiga merek air mineral dalam kemasan saat diteliti di laboratorium FMIPA-Universitas Indonesia, Depok, Rabu (14/3). (foto: TEMPO/ Gunawan Wicaksono)
Mikroplastik di Dalam Darah Berkorelasi dengan Peningkatan Serangan Jantung

Studi atas tumpukan plak di pembuluh darah pasien rumah sakit di Italia mendapati kandungan mikroplastik yang sangat jelas di bawah mikroskop.


Kurangi Polusi Udara Sekaligus Kemacetan, BISKITA Kemenhub Hadir di Bekasi

17 hari lalu

Pada Minggu 3 Maret 2024, Kementerian Perhubungan RI meresmikan pengoperasian BISKITA Trans Bekasi Patriot, yang diharapkan menjadi transportasi bus umum yang solutif di wilayah Bekasi. sumber: Suci Sekar/Tempo
Kurangi Polusi Udara Sekaligus Kemacetan, BISKITA Kemenhub Hadir di Bekasi

Kementerian Perhubungan secara bertahap sejak 2020 meluncurkan angkutan massal dengan sistem Buy the Service (BTS). Kurangi polusi udara dan kemacetan


Kualitas Udara Jakarta Masuk Urutan 10 Terburuk di Dunia pada Awal Libur Panjang Nyepi

17 hari lalu

Foto aerial kondisi polusi udara di kawasan Pelabuhan Muara Angke, Jakarta Utara, Rabu, 13 Desember 2023. Berdasarkan data situs pemantau kualitas udara IQAir pada Rabu, konsentrasi polutan particulate matter 2.5 (PM2,5) di Jakarta sebesar 41 mikrogram per meter kubik dan berada di kategori tidak sehat bagi kelompok sensitif karena polusi. ANTARA/Iggoy el Fitra
Kualitas Udara Jakarta Masuk Urutan 10 Terburuk di Dunia pada Awal Libur Panjang Nyepi

Udara Jakarta memburuk menjelang libur panjang akhir pekan. Merujuk data IQAir, kualitas udara Jakarta terburuk ke-10 dari kota besar di dunia.


Polusi Udara Dapat Mengubah Aroma Bunga, Membuat Bingung Serangga

37 hari lalu

Gedung-gedung diselimuti polusi udara di kawasan Kota Jakarta, Selasa 24 Oktober 2024. Kualitas udara di Jakarta pada Selasa (24/10/2023) pagi tidak sehat dan menempati peringkat ke 4 terburuk di dunia. Berdasarkan data IQAir, tingkat polusi di Ibu Kota berada di angka 170 AQI US pada pukul 06.00 WIB. Peringkat kualitas udara Jakarta saat ini berada di posisi ke-4 di dunia dengan indikator warna merah, yang artinya tidak sehat. Adapun indikator warna lainnya yaitu ungu yang berarti sangat tidak sehat, hitam berbahaya, hijau baik, kuning sedang, dan oranye tidak sehat bagi kelompok sensitif. TEMPO/Subekti.
Polusi Udara Dapat Mengubah Aroma Bunga, Membuat Bingung Serangga

Polusi udara telah mendegradasi senyawa kimia di balik aroma memikat bunga-bunga. Simak hasil studi tim peneliti di Amerika Serikat ini.


Bangkok Polusi Udara Parah, Pegawai Diminta Kerja dari Rumah

42 hari lalu

Grand Palace Bangkok, Thailand (Pixabay)
Bangkok Polusi Udara Parah, Pegawai Diminta Kerja dari Rumah

Polusi udara parah melanda Bangkok, ibu kota Thailand. Pegawai pun diminta kerja dari rumah.


Survei Sebut Mayoritas Warga Jakarta Setuju Tilang Uji Emisi Diberlakukan

53 hari lalu

Ilustrasi uji emisi. TEMPO/Febri Angga Palguna
Survei Sebut Mayoritas Warga Jakarta Setuju Tilang Uji Emisi Diberlakukan

Survei yang dilakukan Populix mengungkapkan bahwa mayoritas warga Jakarta setuju jika sanksi tilang uji emisi diberlakukan.


DKI Tambah 9 Stasiun Pemantau Kualitas Udara, Pengusaha Diminta Beli Water Mist

26 Januari 2024

Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono usai meninjau Stasiun Pemantau Kualitas Udara (SPKU) di GOR Ciracas, Jakarta Timur, Jumat 26 Januari 2024. Ada seluruhnya sembilan unit SPKU baru hasil pengadaan 2023 yang menambah jaringan lima stasiun yang sudah ada sejak 2011. ANTARA/Syaiful Hakim
DKI Tambah 9 Stasiun Pemantau Kualitas Udara, Pengusaha Diminta Beli Water Mist

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menambah jumlah Stasiun Pemantauan Kualitas Udara (SPKU) yang ada di wilayahnya.


DKI Ingin Tambah Zona Rendah Emisi, Klaim Tebet Eco Park dan Kota Tua Sukses Tekan Polusi

21 Januari 2024

Pantauan udara jembatan Tebet Eco Park, Jakarta Selatan, Kamis, 13 Juli 2023. Tebet Eco Park kembali meraih penghargaan bergengsi bertaraf internasional yakni President's Design Award Singapore. Taman yang dibangun pada era kepemimpinan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan itu memenangkan Design of The Year 2023. Sebelumnya, Tebet Eco Park juga memenangkan Semec Gold Award dan Singapore Landscape Architecture Awards (SILA) pada 12 Desember 2022 lalu. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
DKI Ingin Tambah Zona Rendah Emisi, Klaim Tebet Eco Park dan Kota Tua Sukses Tekan Polusi

Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta mengkaji lokasi lain yang akan dijadikan zona rendah emisi menyusul Tebet Eco Park dan Kota Tua


Dinas Lingkungan Hidup DKI Perluas Kawasan Rendah Emisi

21 Januari 2024

Warga bersepeda di kawasan Kota Tua, Jakarta, Ahad, 11 September 2022. Kota Tua telah ditetapkan sebagai Kawasan Rendah Emisi (KRE) / Low Emission Zone, dan menjadi salah satu simpang temu berbagai moda transportasi publik. TEMPO/M Taufan Rengganis
Dinas Lingkungan Hidup DKI Perluas Kawasan Rendah Emisi

Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta mempertegas komitmen perluasan kawasan rendah emisi untuk mengurangi dampak polusi udara di Jakarta.