TEMPO.CO, Malang - Sebuah simulator menembak berhasil dibuat dan dikembangkan Program Studi Teknik Mesin Diploma III dan Program Studi Teknik Elektro S1 Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang. Simulator ini dibuat tim ITN bekerja sama dengan Batalyon Artileri Pertahanan Udara Ringan (Yon Arhanudri) Divisi 2 Kostrad, Singosari, Kabupaten Malang. Sedikitnya, 100 buah simulator sudah dipakai di Akademi Militer, Magelang.
Aryuanto Soetedjo, salah seorang anggota tim dan dosen di Program Studi Teknik Elektro, mengatakan simulator itu dilengkapi dengan bidang sasaran, senapan, dan komputer dengan jarak tembak 10 meter khusus untuk dalam ruangan. Tembakan yang mengenai lingkaran target ditandai dengan efek suara. “Hal ini mempermudah tim penguji menilai peluru masuk lingkaran target yang ke berapa,” kata Aryuanto, Selasa, 31 Juli 2012.
Bidang sasaran dilengkapi dengan sensor fotodiode yang dibuat Program Studi Elektro untuk mendeteksi sinar laser yang ditembakkan oleh senapan tiruan. Sinar laser menggantikan peluru. Senapan tiruan ditangani bersama oleh Program Studi Teknik Mesin dan Arhanudri. Lebih spesifik lagi, Arhanudri menangani getaran senapan tiruan agar semirip getaran dari senapan asli saat digunakan.
Adapun perangkat lunak dipasang pada komputer yang akan menampilkan tampilan grafis hasil tembakan dan pencatatan nilai atau skor tembakan. Pengiriman gambar ke komputer dilakukan dengan menggunakan kamera tanpa kabel.
Doktor lulusan Jepang itu mengatakan penggunaan simulator sangat praktis, menghemat biaya, dan ramah lingkungan. Selain bisa digunakan di pelbagai tempat tanpa pengamanan khusus, penggunaan simulator menembak memangkas anggaran belanja peluru untuk latihan serta tidak mengeluarkan racun dari amunisi karena peluru tidak digunakan.
Pembuatan simulator menembak dirintis mulai 2010 dengan melibatkan dosen, mahasiswa, dan siswa sekolah menengah kejuruan yang sedang menjalani praktek kerja industri serta prajurit Kostrad.
Saat itu rangkaian elektro buatan Arhanud masih rumit dan berukuran besar sehingga perlu disederhanakan. Dulu pakai tiga PCB (printed circuit board), kini pakai dua PCB. Pengubahan ini menghemat penggunaan dan belanja bahan serta memangkas waktu dan biaya pengerjaan sebesar 50-75 persen.
Pada 2012, simulator menembak didaftarkan ke Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi untuk memperoleh pendanaan melalui hibah strategis nasional untuk pengembangan lebih lanjut.
ABDI PURMONO