TEMPO.CO, Bangkok - Kabar buruk bagi beruang kutub. Sebuah proposal untuk melarang perdagangan internasional beruang kutub dan bagian-bagian tubuhnya ditolak dalam pertemuan utama para pegiat konservasi di Bangkok, Thailand, pada Kamis, 7 Maret 2013.
Proposal tersebut disampaikan oleh Amerika Serikat pada pertemuan Konvensi Perdagangan Internasional Spesies Terancam Punah (CITES). Jika proposal disetujui, status perlindungan beruang kutub akan ditingkatkan. Akibatnya, seluruh perdagangan komersial beruang kutub bakal dinyatakan ilegal.
Namun, keinginan Amerika berakhir antiklimaks. Pembahasan proposal ditutup dengan pemungutan suara. Sebanyak 38 suara mendukung, 42 menentang, dan 46 abstain.
"Kami sangat kecewa terhadap keanggotaan CITES yang gagal memberikan perlindungan yang lebih besar untuk beruang kutub," kata David J. Hayes, Wakil Sekretaris Department Dalam Negeri Amerika, Jumat, 8 Maret 2013.
Hayes menyatakan departemennya akan terus berupaya untuk mengurangi angka perdagangan beruang kutub. Bahkan, ketika spesies mamalia ikonik Kutub Utara itu juga terancam oleh dampak perubahan iklim.
Proposal Amerika hanya didukung oleh Rusia. Sedangkan Kanada, Greenland, dan Norwegia justru menentang proposal tersebut. Padahal, ketiga negara itu memiliki populasi beruang kutub di wilayah mereka. Mereka beralasan larangan perdagangan beruang kutub akan mengancam mata pencaharian penduduk.
Dan Ashe, Kepala Delegasi Amerika di CITES, mengatakan harga tinggi untuk seekor beruang kutub telah mendorong peningkatan perburuan terhadap satwa berambut putih tersebut. "Ini menambah ancaman terhadap beruang kutub, selain hilangnya habitat," ujarnya.
Menurut Departeman Perikanan dan Perlindungan Satwa Liar Amerika, seekor beruang kutub dibanderol seharga US$ 2.000-5.000, tapi kadang-kadang bisa mencapai US$ 12.000. Lembaga ini memperkirakan sekitar 3.200 bagian tubuh beruang kutub--termasuk kulit, cakar, dan gigi--diekspor ke banyak negara.
Para pegiat konservasi memperkirakan beruang kutub di alam liar hanya tersisa 20-25 ribu ekor. Populasinya terus terancam oleh penurunan es laut Kutub Utara, pengembangan eksplorasi minyak, dan polutan. Pada Mei 2008, Amerika Serikat mengelompokkan beruang kutub sebagai spesies terancam punah di bawah Undang-Undang Perlindungan Satwa. Sedangkan di Kanada dan Rusia beruang kutub terdaftar sebagai spesies yang mendapat perhatian khusus.
LIVESCIENCE | MAHARDIKA SATRIA HADI
Berita terpopuler lainnya:
Ini Kronologi Penyerangan TNI AD ke Mapolres OKU
Setelah 2014, SBY Mau Buka Warung Nasi Goreng
Rhoma Irama Tolak Permintaan Josh Stone
Laga Gresik vs Arema Ricuh, Tiga Orang Tewas
Benarkah MUI Tak Terima Keuntungan Golden Trader?
Begini Detasemen Khusus 88 Antiteror Dibentuk