TEMPO.CO, Jakarta - Rekayasa cuaca yang mulai dilakukan Badan Penerapan dan Pengkajian Teknologi (BPPT), Badan Nasional Penanggulangan Bencana, dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta kemarin dan terus berlangsung hingga hari ini, Rabu, 15 Januari 2014, untuk menangkal banjir di Jakarta menuai kritik. Di antaranya kritik yang menyinggung efek negatif rekayasa cuaca terhadap lingkungan. Muncul tudingan: air hujan yang turun dari awan yang ditaburi garam menjadi asin dan mencemari lingkungan.
Persepsi tersebut dibantah Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan Masyarakat BNPB Sutopo Purwo Nugroho. "Tidak ada efek negatif," katanya.
Menurut dia, ribuan kilogram garam tersebut bukan garam dapur (NaCl) murni. Garam dicampur dengan kalsium klorida (CaCl2) dan urea. Tiga unsur kimia tersebut sifatnya sama, yaitu hidrofilik, senang mengumpulkan air.
Sutopo yakin bahwa hujan hasil rekayasa cuaca itu aman dikonsumsi. Upaya ini telah mereka lakukan pada puncak musim hujan 2013. Mereka meluruhkan awan kumulonimbus--pembawa hujan--sebelum masuk Jakarta. Akibatnya, hujan tersebar di wilayah sekitar Jakarta, seperti Citeko, Cariu, Jasinga, Cikarang, dan Selat Sunda.
Menurut Sutopo, air hujan tersebut memenuhi baku mutu kelas B. "Sehingga aman dikonsumsi dengan direbus," katanya.
ANTON WILLIAM | REZA MAULANA
Terhangat:
Banjir Jakarta Anas Ditahan Ariel Sharon Terbang dari Halim Terminal Lebak Bulus|
Terpopuler:
Anas Urbaningrum Ditahan, Dosen Unair Meminta Maaf
Mahfud Mengaku Heran Atas Pemilihan Akil Mochtar
Ini Sebab Jakarta Utara Relatif Bebas Banjir
Kado Tahun Baru Anas Urbaningrum Versi Ipar SBY
Sel Anas Urbaningrum Terpisah, Apa Alasan KPK?