TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Balai Ipteknet Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Irwan Rawal Husdi, mengungkapkan sejumlah cara untuk menghindari penyadapan.
Pertama, kata Irwan, membersihkan lingkungan dalam rumah dan tempat bekerja secara rutin dari benda-benda yang dicurigai sebagai alat penyadap. "Intinya, pengecekan soal keamanan fisik," kata Irwan saat dihubungi Tempo, Jumat, 21 Februari 2014.
Irwan menuturkan hal tersebut biasanya sudah menjadi prosedur tetap pengamanan kediaman seorang pemimpin. Alat sadap, kata dia, kebanyakan berukuran kecil, misalnya berupa mikrofon mini yang juga berfungsi sebagai pemancar.
Contohnya, seperti yang ditemukan di rumah dinas Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo di Jalan Taman Suropati. Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Tubagus Hasanuddin, mengatakan alat tersebut berukuran mini. Penyadap itu mampu menangkap seluruh aktivitas suara dalam radius tertentu.
Cara kedua, kata Irwan, adalah memanfaatkan klasifikasi sandi digital. Data diberi tambahan kode algoritma enkripsi sebelum pesan dikirimkan. Proses ini dapat mempersulit penyadap karena diperlukan kode untuk menyusun kembali data yang telah diacak.
Meski agak rumit, Irwan mengatakan cara tersebut mampu mengaburkan enkripsi yang semula dapat dengan mudah diketahui penyadap. "Kalau kodenya tak terpecahkan, data aman," kata dia.
LINDA HAIRANI