TEMPO.CO, Montreal – Ketika perdebatan tentang penggunaan ganja masih berlanjut, para peneliti memulai penyelidikan tentang kegunaan ganja sebagai obat nyeri dan kejang. Dalam simposium tahunan American Association for Advancement of Science yang diselenggarakan di McGill University Health Centre (MUHC), para peneliti dari Kanada dan Inggris berbagi pandangan tentang potensi ganja sebagai penyembuh.
“Karena pandangan ini berguna bagi pengembangan kesehatan dan pembuatan kebijakan obat-obatan,” kata Mark Ware, direktur penelitian klinis di Alan Edwards Pain Management Unit, MUHC, seperti dikutip dari Sciencedaily, Senin, 16 Februari 2015.
Sebagai ahli spesialis obat-obatan medis dan penyakit, hampir setiap hari Ware menangani pasien nyeri kronis. Dia lalu meneliti bagaimana ganja dapat berkontribusi menyembuhkan pasien-pasien tersebut.
Menurut Ware, peningkatan pengguna ganja di beberapa negara memungkinkan untuk membuat ganja sebagai obat medis. Sebab, salah satu bahan psikoaktif ganja seperti tetrahydrocannabinol (THC) telah disetujui sebagai obat penenang pasien kejang-kejang.
Roger Pertwee, profesor asal Inggris yang meneliti zat tetrahydrocannabivarin (THCV) pada ganja pada 1970-an, baru-baru ini menerbitkan hasil penelitian terbarunya tentang komponen non-psikoaktif ganja untuk obat skizofrenia. Penelitiannya ini diterbitkan dalam British Journal of Pharmacology.
“Temuan ini mengungkap penggunaan terapi baru penggunaan ganja untuk medis,” ujarnya dalam pertemuan yang sama.
Sedangkan Direktur Center for Medicinal Cannabis Research di University of California, San Diego, Igor Grant, tertarik oleh efek neuropsikiatri jangka pendek dan panjang penggunaan ganja. Selama ini, kata dia, ganja dituding sebagai perusak otak anak-anak. “Tapi banyak khasiat yang merupakan kebalikan dari dampak tersebut jika ganja digunakan secara benar,” ujarnya.
SCIENCEDAILY | AMRI MAHBUB