TEMPO.CO, Bandung - Sebanyak tiga ekor owa jawa (Hylobates moloch) dilepasliarkan ke hutan lindung Gunung Tilu, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, pada Selasa, 10 November 2015. Owa jawa tersebut sebelumnya merupakan hasil sitaan petugas dan penyerahan dari warga yang kemudian menghuni Pusat Rehabilitasi Satwa Aspinall Foundation di Ciwidey, Kabupaten Bandung, sejak kurun 2012-2013. Ketiganya menjadi kelompok owa perdana yang dipasangi alat pemancar sinyal (transmitter).
Koordinator pengasuh di Pusat Rehabilitasi Satwa Aspinall Foundation, Ciwidey, Sigit Ibrahim mengatakan, ketiga owa jawa itu terdiri dari seekor jantan bernama Rio, berusia 12 tahun. Adapun dua ekor betina bernama Keni serta Inem, berusia lebih dari 15 tahun. “Rio dan Keni sudah jadi pasangan. Inem masih di kandang habituasi agar bisa mendapatkan pasangan di alam liar,” ujar Sigit, Senin, 9 November 2015.
Selain sehat, bebas penyakit berbahaya bagi satwa sejenis di alam liar, dan dinilai mampu bertahan hidup di hutan, owa harus punya pasangan hidup. “Owa hidup berpasangan, bisa setia atau berganti pasangan. Ketiganya belum menghasilkan keturunan,” ujarnya. Pelepasliaran itu rencananya dilaksanakan bersama Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat terkait Hari Cinta Puspa dan Satwa tiap 5 November.
Berbeda dengan pelepasliaran sebelumnya, ketiga owa jawa tersebut dipasangi alat pemancar sinyal (transmitter). Pemasangannya dilakukan oleh dokter hewan di bagian punggung. Menurut Sigit, daya pancar sinyal itu berkisar 400-600 meter, bergantung pada kondisi ketinggian tempat. “Kekuatan baterainya antara 1-3 tahun,” ujarnya.
Alat pemancar itu sengaja dipasang untuk memantau kehidupan ketiga owa tersebut, juga habitat satwa sejenis di hutan Gunung Tilu. Rencananya, petugas akan memantau mereka selama setahun secara berkala.
ANWAR SISWADI