TEMPO.CO, Surabaya - Riset obat anti Demam Berdarah Dengue oleh tim peneliti di Surabaya, Jawa Timur, berbuah manis. Hasil riset yang telah terbukti klinis maupun laboratoris mampu membuat pasien DBD sembuh lebih cepat itu sudah berada di tangan sebuah perusahaan farmasi untuk diproduksi.
“Saya berharap bisa segera dipasarkan agar bisa bermanfaat untuk banyak orang,” kata Profesor yang juga Direktur Utama Airlangga Health Science Institute, Nasronudin, saat ditemui Tempo di Rumah Sakit Airlangga, Jumat, 5 Februari, 2016.
Nasronudin menerangkan, riset yang melibatkan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan itu dimulainya 2014. Dibantu belasan peneliti dari kampusnya, Universitas Airlangga, dan juga satu tim dari koleganya sesame profesor di Universitas Indonesia, dia mengembangkan temuan peneliti asal Australia atas kandungan obat dari tanaman Melaleuca Alternifolia Concentrate.
Jenis tanaman itu memang berasal dari negeri kanguru. Si peneliti mendapati kalau Melaleuca mampu meningkatkan kekebalan tubuh. “Tapi ternyata ada bagian lain dari tanaman itu yang bisa menurunkan prosentase virus demam berdarah,” ujar Nasronudin sambil menambahkan kalau jenis tanaman yang sama juga bisa ditemukan di daerah Leuwiliang, Bogor’ serta Cilacap dan Tawangmangu, Jawa Tengah.
Uji laboratorium dilakukan, lalu menyusul uji klinis terhadap 530 pasien penderita DBD di Surabaya dan sekitarnya. Ada sepuluh puskesmas dan empat rumah sakit di Surabaya yang menjadi tempat rujukan mencari pasien, diantaranya RSUD dr. Soetomo dan RS Universitas Airlangga.
Responden yang dicari adalah mereka yang baru satu hari demam tinggi, dan itu terbukti tidak mudah. “Ya, jarang sekali orang baru satu hari panas terus ke rumah sakit,” tutur Guru Besar Bidang Ilmu Penyakit Dalam di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga itu.
Dari 530 orang tersebut, Nasroudin dan timnya membaginya menjadi dua kelompok. Keduanya sama-sama menerima pengobata DBD standar WHO, tapi hanya satu diantaranya yang ditambahkan obat hasil riset. Dosis pemberian obat itu 300 mg, dua kali setiap harinya, selama enam hari.
Hasilnya, responden di kelompok itu terbukti sembuh lebih cepat. Gejala berupa panas, nyeri sendi, pusing, dan muntah cepat hilang. Selain itu, juga berhasil menurunkan jumlah virus sebanyak 97,67 %. “Berdasarkan uji laboratorium obat tersebut juga dapat mengendalikan kebocoran pembuluh darah, penurunan trombosit, dan malah menambah sel-sel ketahanan tubuh.”
Kebutuhan obat itu untuk segera dipasarkan semakin mendesak dengan terus melonjaknya angka kasus DBD di berbagai daerah di awal tahun ini. Khusus di Jawa Timur, angkanya hingga 4 Februari 2016 lalu telah mencapai 2.378 kasus. Jumlah itu memang masih sekitar separo dari data di periode yang sama setahun lalu. Namun angka kematiannya tetap tinggi, yakni 45 orang. Angka kematian pada awal 2015 mencapai 59 orang.
SITI JIHAN SYAHFAUZIAH