TEMPO.CO, Maroko - Negara Maroko di Afrika Utara akan segera menjadi negara adidaya dalam arti sebenarnya pada 2018. Negara yang lebih dikenal sebagai tempat wisata eksotis ini tengah mempersiapkan pembangunan kompleks pembangkit listrik yang akan beroperasi pada dua tahun mendatang.
Tenaga listrik yang dihasilkan memanfaatkan sinar matahari yang menyinari Gurun Sahara. Kompleks pembangkit listrik ini diperkirakan akan mampu menyediakan pasokan listrik untuk 1,1 juta orang.
Sambil menunggu pembangunan seluruh kompleks pembangkit listrik rampung, satu buah sakelar bernama Noor 1 mulai diaktifkan pada Februari ini, seperti dilansir Slashgear.com, Rabu, 10 Februari 2016. Sakelar ini merupakan satu di antara tiga bagian sakelar di kompleks pembangkit listrik yang diklaim terbesar di dunia tersebut.
Sakelar Noor 1 saat ini sudah menghasilkan energi listrik sebesar 160 megawatt. Saat seluruh kompleks dengan perlengkapan cermin terpasang, kompleks ini diperkirakan akan mampu memproduksi listrik sebesar 580 megawatt.
Seluruh kompleks akan berukuran 2.400 hektare dan terdiri atas 500 ribu cermin. Pembangkit listrik ini tidak menggunakan panel surya, melainkan memanfaatkan cermin berbentuk bulan sabit.
Cermin ini berfungsi memfokuskan sinar matahari pada pipa baja yang diletakkan di belakang cermin. Pipa tersebut akan memanaskan minyak yang berada di dalamnya. Minyak ini akan memanas hingga suhu 740 derajat Fahrenheit atau 393 derajat Celsius dan digunakan untuk membuat uap buat menghidupkan turbin dan menghasilkan daya listrik.
Saat ini Maroko menjadi pemilik dan pelaksana utuh seluruh proyek pembangunan kompleks pembangkit listrik. Padahal seharusnya proyek ini dikerjakan bersama dengan investor yang berasal dari Eropa. Investor asal Eropa pada 2013 resmi menarik diri dari rencana bisnis yang ada.
Hasil tenaga listrik yang dihasilkan kompleks ini akan dimanfaatkan penuh untuk kebutuhan kelistrikan Maroko dan tidak jadi disalurkan hingga Eropa.
SLASHGEAR | MAYA NAWANGWULAN