TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Andi Eka Sakya, mengatakan lembaganya akan mengamati gerhana matahari total (GMT) dengan berbagai sudut pendekatan ilmiah. Salah satunya, kata dia, pengamatan untuk mendapatkan informasi gangguan medan magnet bumi dan gravitasi efek dari gerhana.
“Ini untuk mengetahui perubahan terhadap variasi medan magnet bumi dan perubahan anomali gravitasi serta efeknya yang diukur dari tempat-tempat tertentu di permukaan bumi,” kata Andi dalam siaran pers BMKG yang diterima Tempo, Kamis 11 Februari 2016.
Pengamatan GMT akan dilakukan di Ternate, Palu, Tanjung Pandan dan Bengkulu. Sedangkan pengamatan gravitasi di Palu. Pengamatan medan magnet bumi di Palu, Manado, Kupang, Jayapura, Pelabuhan Ratu, Tangerang dan Tuntungan, Gunung Sitoli, dan Liwa. BMGK juga menggelar pengamatan dengan teropong saat terjadinya GMT.
Menurut Andi, ada dua hipotesis yang diperoleh dalam pengamatan GMT. Pertama, peristiwa terjadinya Gerhana Matahari Total (GMT) akan menutup proses pemanasan dan ionisasi di lapisan ionosfer sehingga “arus ionosfer” terganggu. “Kejadian ini akan mengakibatkan gangguan medan magnet bumi,” ujar dia.
Untuk menguji ini, menurut Andi, dapat dilakukan dengan membandingkan pengamatan magnet bumi di tempat-tempat yang dilalui GMT dan stasiun-stasiun magnet bumi di luar lintasan GMT.
Kedua, peristiwa terjadinya GMT saat posisi matahari, bulan dan bumi satu garis lurus. Dalam posisi demikian, kata dia, akan menyebabkan perubahan gaya tarik matahari dan bulan menjadi maksimum terhadap bumi.
Hal ini, menurut Andi, akan diamati dengan mengukur gravitasi di suatu tempat secara kontinu dan hasilnya akan dibandingkan nilai Bouguer Anomali (BA) jauh sebelum (1 bulan) dan sesudah (1 bulan) terjadi GMT dengan nilai BA saat terjadi GMT.
Gerhana matahari total adalah fenomena alam saat posisi atau kedudukan matahari, bulan, dan bumi berada pada satu garis lurus. Efek dari kedudukan matahari, bulan, dan bumi satu garis lurus ini, sebagian permukaan bumi akan terkena bayangan gelap bulan. Akibatnya wilayah-wilayah yang terkena bayangan gelap bulan, tidak melihat matahari.
Pada 9 Maret 2016, GMT diperkirakan akan melintasi 11 wilayah di Indonesia yakni (1) Bengkulu, (2) Sumatera Selatan, (3) Jambi, (4) Bangka-Belitung, (5) Kalimantan Barat, (6) Kalimantan Tengah, (7) Kalimantan Selatan, (8) Kalimantan Timur, (9) Sulawesi Barat, (10) Sulawesi Tengah, dan (11) Maluku Utara.
AHMAD NURHASIM