Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Ngeri! Hasil Riset Ini Ungkap Dampak Panas Ekstrem 2050

image-gnews
Sejumlah aktivis lingkungan melakukan aksi teatrikal saat berlangsungnya Konferensi Perubahan Iklim di Copenhagen, Senin (07/12). Mereka menuntut keputusan yang tepat untuk mengatasi pemanasan global di bumi ini. AP Photo/Anja Niedringhaus
Sejumlah aktivis lingkungan melakukan aksi teatrikal saat berlangsungnya Konferensi Perubahan Iklim di Copenhagen, Senin (07/12). Mereka menuntut keputusan yang tepat untuk mengatasi pemanasan global di bumi ini. AP Photo/Anja Niedringhaus
Iklan

TEMPO.CO, New York - Pemanasan iklim diperkirakan akan mengakibatkan paparan panas ekstrem di beberapa belahan dunia pada 2050. Di antaranya Amerika Utara, Asia Tenggara, dan Atlantik Selatan. Tak tanggung-tanggung, peningkatannya mencapai enam kali lipat.

Di Amerika Serikat, peningkatan panas ekstrem itu juga didorong oleh populasi penduduk yang tumbuh secara cepat, terutama di daerah terpanas negara tersebut. Di Asia Tenggara, paparan panas bahkan membuat bekerja di luar ruangan tak lagi aman.

Hasil penelitian National Center for Atmospheric Research (NCAR) dan City University of New York (CUNY) itu menyoroti pentingnya mempertimbangkan perubahan sosial ketika mencoba menentukan dampak iklim di masa depan. "Perubahan populasi dan perubahan iklim itu masalah," kata peneliti NCAR Brian O'Neill, dalam studi terbaru yang dimuat jurnal Nature Climate Change.

Pertanyaannya, apakah orang-orang akan beradaptasi mengubah gaya hidup mereka seperti tinggal lebih lama di dalam rumah dan menggunakan penyejuk udara (AC) atau pindah ke daerah yang lebih dingin?

Linda Mearns, peneliti National Center for Atmospheric Research, yang terlibat dalam penelitian tersebut, mengatakan tidak mungkin orang akan pindah ke daerah yang lebih dingin untuk menghindari panas. Sebab, secara historis orang cenderung menjauh dari daerah dingin ke daerah yang lebih hangat seperti Florida, Arizona, dan North Carolina.

Di Asia Tenggara, menurut penelitian sebelumnya oleh Tord Kjellstrom dari Pusat Riset Kesehatan Global Universitas Umea Swedia, panas ekstrem bahkan berdampak terhadap kesehatan dan keselamatan buruh yang bekerja di luar ruangan. Tekanan panas pada 2050 diprediksi bakal mengurangi kapasitas buruh bekerja, menurunkan produktivitas jam kerja, dan hasil ekonomi.

Para pekerja pertanian yang harus bekerja di luar ruangan dan terpapar sinar matahari berkemungkinan besar mengalami panas ekstrem di luar batas aman. Banyak di antara mereka yang meninggal karena heat stroke, bahkan di Amerika Serikat. Akibatnya, kerugian produktivitas kerja mencapai 80 persen lebih. Di kawasan ini, suhu pada 2050 diperkirakan mencapai 34-35 derajat Celsius.

Riset yang dipublikasikan Climate Vulnerability Monitor menunjukkan kerugian akibat turunnya produktivitas buruh yang disebabkan oleh paparan panas pada 2010 mencapai US$ 30 miliar di Indonesia. Kerugian di negara lain mencapai US$ 15 miliar di Thailand, US$ 10 miliar di Malayia dan di Filipina, serta US$ 8 miliar di Vietnam. Pada 2030 kerugian itu diperkirakan akan meningkat menjadi US$ 250 miliar di Indonesia, US$ 150 miliar di Thailand, US$ 95 miliar di Malaysia, serta US$ 85 miliar di Filipina dan di Vietnam.

Menurut Brian O'Neill, panas yang ekstrem membunuh lebih banyak orang di Amerika Serikat ketimbang hal lain yang terkait dengan cuaca. Ilmuwan umumnya memperkirakan jumlah gelombang panas yang mematikan meningkat selama bulan-bulan panas. Secara keseluruhan paparan panas ekstrem yang dihadapi warga Amerika untuk gelombang panas di masa depan tidak bisa diperhitungkan jika peran perubahan populasi diabaikan.

Tim National Center for Atmospheric Research menggunakan 11 simulasi resolusi tinggi yang berbeda dari perkiran suhu masa depan di Amerika Serikat antara 2041 dan 2070. Peneliti mengasumsikan tidak ada pengurangan besar emisi gas rumah kaca. Secara global, gerakan menurunkan emisi gas rumah kaca ditujukan untuk mencegah supaya suhu rata-rata bumi tidak bertambah 2 derajat Celsius.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bila suhu rata-rata naik sebesar itu, panas permukaan bumi meningkat, sejumlah makhluk di bumi akan terancam punah, es di kutub utara dan selatan mencair sehingga menaikkan permukaan laut, dan pasokan makanan juga terancam.

Simulasi penelitian ini dibuat dengan serangkaian model iklim global dan regional sebagai bagian dari Program Penilaian Perubahan Iklim Regional Amerika Utara. Menggunakan sebuah model demografi terbaru, mereka juga mempelajari bagaimana penduduk AS diperkirakan akan tumbuh dan berpindah secara regional selama periode waktu yang sama. Asumsinya, tren migrasi saat ini di dalam negeri terus terjadi.

Jumlah paparan panas yang ekstrem dihitung dalam person-days, yakni mengalikan jumlah hari ketika suhu diperkirakan akan mencapai setidaknya 95 derajat Celsius dengan jumlah orang yang diproyeksikan untuk tinggal di daerah terjadinya panas yang ekstrem. Skalanya dalam miliaran.

Hasilnya, rata-rata paparan tahunan panas ekstrem di Amerika Serikat selama 2041 dan 2070 diperkirakan menjadi antara 10 dan 14 miliar orang per hari. Paparan panas ini meningkat berlipat-lipat bila dibandingkan dengan rata-rata tahunan sebesar 2,3 miliar orang per hari antara 1971 dan 2000.

Kenaikan paparan panas itu, menurut Linda Mearns, kira-kira sepertiga karena semata-mata karena iklim pemanasan. Maksudnya, peningkatan paparan panas yang ekstrem akan tetap sebanyak itu jika populasi penduduk tetap. Sepertiga lainnya, karena semata-mata karena perubahan populasi. Penduduk terus meningkat dan orang-orang pindah ke tempat yang lebih hangat. Sepertiga terakhir disebabkan oleh interaksi antara keduanya.

Pada skala regional, gambarannya berbeda. Di beberapa negara bagian di negeri ini, perubahan iklim meningkat lebih besar daripada pertumbuhan penduduk dan sebaliknya. Misalnya, di wilayah Rocky Mountain Amerika Utara, dampak dari pertumbuhan penduduk secara signifikan melebihi dampak dari pemanasan iklim. Daerah ini didefinisikan oleh Biro Sensus sebagai daerah yang membentang dari Montana dan Idaho selatan ke Arizona dan New Mexico.

Tapi, kata Linda, hal sebaliknya terjadi di wilayah Altantik Selatan, yang meliputi wilayah dari West Virginia dan Maryland Selatan melalui Florida. Di kawasan ini, dampak pemanasan iklim melebihi dampak pertumbuhan penduduk.

Terlepas dari hubungan peran populasi dan iklam dalam meningkatkan paparan panas yang ekstrem di daratan Amerika, peneliti mengingatkan bahwa paparan belum tentu sama dengan kerentanan. "Studi kami tidak mengatakan bagaimana rentan atau tidaknya orang-orang mungkin di masa depan," kata O'Neill. "Kami menunjukkan bahwa paparan panas akan naik, tapi kita tidak tahu berapa banyak orang yang akan terkena atau tidak. Apakah yang terkena memiliki AC atau tidak, serta akses yang mudah ke pusat-pusat kesehatan masyarakat."

NATURE CLIMATE CHANGE | CLIMATE VULNERABILUTY MONITOR | AMRI MAHBUB

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Kedubes: Rusia Jadi Lebih Kuat di Bawah Sanksi Barat

9 jam lalu

Rusia Balas Sanksi Amerika Serikat dan Uni Eropa
Kedubes: Rusia Jadi Lebih Kuat di Bawah Sanksi Barat

Kedutaan Besar Rusia untuk Indonesia mengatakan industri Rusia kini menjadi lebih kuat meski banyak disanksi oleh Barat.


Rusia Menilai AS Buka Kedoknya dengan Veto Permohonan Palestina Jadi Anggota PBB

10 jam lalu

Duta Besar Israel untuk PBB Gilad Erdan berbicara kepada anggota Dewan Keamanan dalam pertemuan untuk mengatasi situasi di Timur Tengah, termasuk masalah Palestina, di markas besar PBB di New York City, New York, AS, 18 April 2024. REUTERS /Eduardo Muno
Rusia Menilai AS Buka Kedoknya dengan Veto Permohonan Palestina Jadi Anggota PBB

Perwakilan Rusia menilai Amerika Serikat menunjukkan sikap aslinya dengan memveto permintaan Palestina untuk menjadi anggota PBB.


Presiden Tsai Ing-wen Gembira Amerika Serikat Kucurkan Bantuan Militer ke Taiwan

12 jam lalu

Presiden Taiwan, Tsai Ing-wen menyampaikan sambutan saat peluncuran kapal selam Narwhal di Kaohsiung, Taiwan, 28 September 2023. Program kapal selam dalam negeri memanfaatkan keahlian dan teknologi dari beberapa negara - sebuah terobosan bagi Taiwan yang terisolasi secara diplomatis. REUTERS/Carlos Garcia Rawlins
Presiden Tsai Ing-wen Gembira Amerika Serikat Kucurkan Bantuan Militer ke Taiwan

Tsai Ing-wen gembira Kongres Amerika Serikat meloloskan paket bantuan asing, di mana Taiwan masuk dalam daftar yang berhak mendapat bantuan


Ini Negara dengan Internet Tercepat di Dunia, Indonesia Urutan ke Berapa?

13 jam lalu

Ilustrasi orang menggunakan smartphone atau handphone. Freepik
Ini Negara dengan Internet Tercepat di Dunia, Indonesia Urutan ke Berapa?

Speedtest Global Index Ookla membuat peringkat kecepatan Internet di 142 negara per Maret 2024. Indonesia kalah dari Kamboja.


Israel Mulai Sedikit Longgarkan Akses Bantuan Kemanusiaan ke Gaza

13 jam lalu

Tentara Israel berdiri di perbatasan dengan Gaza, ketika truk bantuan yang membawa pasokan kemanusiaan menunggu untuk memasuki Gaza melalui Gerbang 96, pintu masuk yang baru dibuka memungkinkan akses lebih cepat ke Gaza utara, di Israel, 21 Maret 2024. REUTERS/Amir Cohen
Israel Mulai Sedikit Longgarkan Akses Bantuan Kemanusiaan ke Gaza

Israel sudah mengambil sejumlah langkah penting dalam beberapa pekan terakhir dengan mengizinkan bantuan kemanusiaan masuk Gaza.


Sejarah Super Garuda Shield, Latihan Gabungan yang Tewaskan Tentara AS di Karawang

14 jam lalu

Prajurit Korps Marinir TNI AL melaksanakan pendaratan  pada Latihan Gabungan Bersama (Latgabma) Super Garuda Shield (SGS) 2023 di Pantai Banongan, Situbondo, Jawa Timur, September 2023. ANTARA FOTO/Budi Candra Setya
Sejarah Super Garuda Shield, Latihan Gabungan yang Tewaskan Tentara AS di Karawang

Super Garuda Shield merupakan program militer tahunan terbesar AS dan Indonesia


Kronologi Tentara AS Hilang di Hutan Karawang, Ditemukan Meninggal Dunia

15 jam lalu

Anggota TNI melakukan tos dengan tentara Amerika Serikat di Pusat latihan Pertempuran (Puslatpur) 5 Marinir, Baluran, Situbondo, Jawa Timur, September 2023. Selain Latihan tempur seperti pendaratan amfibi, pengamanan bandara, serangan darat gabungan, terdapat juga latihan jungle survival dan pertolongan kesehatan darat dan udara. ANTARA FOTO/Budi Candra Setya
Kronologi Tentara AS Hilang di Hutan Karawang, Ditemukan Meninggal Dunia

Berikut adalah kronologi hilangnya perwira tentara AS atau US Army dari satuan Aviation Officer. Ia hilang di tengah hutan Karawang.


Album Baru Taylor Swift The Tortured Poets Department: Sebuah Amalgamasi

22 jam lalu

Taylor Swift tampil dalam konser
Album Baru Taylor Swift The Tortured Poets Department: Sebuah Amalgamasi

Ada Daddy I Love Him di album ini yang menandai kembalinya Taylor Swift country, dalam beberapa hal, termasuk penulisan lagu dongeng dan riff gitar.


Kampus-kampus AS Diguncang Unjuk Rasa Pro - Palestina, Mahasiswa Ditangkapi

1 hari lalu

Puluhan aktivis pembela HAM dan tokoh masyarakat bersama Amnesty International Indonesia menggelar aksi unjuk rasa Menolak Kejahatan Kemanusian di Gaza di depan Kedubes AS, Jakarta, Jumat 27 Oktober 2023. Dalam aksinya para aktivis menyerukan negara-negara sekutunya seperti Amerika Serikat harus didesak untuk memastikan Israel menghentikan serangan besar-besaran ke Gaza sekaligus mengakhiri penindasan sistem Apartheid kepada warga Palestina. TEMPO/Subekti.
Kampus-kampus AS Diguncang Unjuk Rasa Pro - Palestina, Mahasiswa Ditangkapi

Polisi menangkapi mahasiswa di New York University yang berunjuk rasa mendukung Palestina.


Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

2 hari lalu

Momen saat kereta melewati kucuran air akibat banjir di stasiun kereta bawah tanah di New York, AS, 1 September 2021. Banjir langsung melumpuhkan stasiun jaringan kereta bawah tanah karena air mengalir masuk hingga membanjiri stasiun. Twitter
Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

Hibah untuk lebih kuat bertahan dari cuaca ekstrem ini disebar untuk 80 proyek di AS. Nilainya setara separuh belanja APBN 2023 untuk proyek IKN.