TEMPO.CO, Lousiana - Sebuah batu prasasti berumur 1.600 tahun yang ditemukan di reruntuhan Kuil El Achiotal di Guatemala mendeskripsikan pemerintahan raja-raja suku Maya. Prasasti itu menguak periode misterius ketika salah satu kerajaan runtuh dan kebangkitan penguasa baru.
Tablet batu atau stela itu menggambarkan kepala sang raja, yang dihiasi mahkota bulu sampai ke leher dan bahunya. Di sisi belakangnya terdapat kalimat dari huruf hieroglif untuk memperingati 40 tahun kekuasaan raja tersebut.
Marcello Canuto, arkeolog dari Tulane University di Lousiana, yang memimpin penggalian, menyatakan stela itu ditemukan dalam celah tersembunyi sehingga baru ditemukan meski mereka telah bertahun-tahun menggali situs tersebut.
"Ruangan itu adalah sebuah tempat suci," kata Canuto, seperti dikutip dari Live Science. "Saking kecilnya, para peneliti harus merunduk untuk masuk ke ruangan tersebut."
Sayangnya, stela itu sudah pecah. Bagian yang menggambarkan tubuh raja hilang dan beberapa huruf hieroglif tak terbaca lagi. Dari sisa-sisa tulisan, Carnuto dan tim mendapati sederet catatan untuk memperingati raja, yang merupakan bawahan kelima dari raja lain. "Dia adalah orang bawahan. Dia pejabat tinggi di bawah seorang maharaja," ujar Canuto.
Stela itu juga diberi tanggal berdasarkan kalender Maya, namun sebagian tanggalnya terhapus. Dari sisa hieroglif itu, peneliti memperkirakan empat waktu pembuatan, namun kemungkinan terbaik adalah 418 AD. Karena stela dibuat untuk memperingati 40 tahun kekuasaan raja, penguasa itu mungkin naik takhta pada 378 AD.
"Jika dikonversi ke kalender Masehi bertepatan dengan 4 Juli 1776 ," ujar Canuto.
Beberapa naskah mengungkap bahwa pada masa itu terjadi pergolakan politik di wilayah Raja Teotihuacan, atau dekat Kota Mexico City sekarang. Raja Teotihuacan menyerang ibu kota kerajaan Tikal, yang kini Guatemala, dan menggulingkan pemimpinnya. Setelah itu, Teotihuacan diangkat menjadi raja oleh para pendukungnya.
Para peneliti beranggapan temuan mereka itu mengungkap bahwa pergolakan politik tersebut juga terjadi di El Achiotal. Ada kemungkinan pejabat yang memerintah Tikal untuk raja Teotihuacan juga menunjuk pengikutnya untuk memerintah anak kerajaan. "Salah satu raja-raja kecil itu adalah raja El Achiotal," kata Canuto.
Pecahan keramik dan puing-puing lainnya menunjukkan stela dan kuil itu menjadi tempat pemujaan selama 200 tahun, sebelum warganya pindah ke kota yang berjarak 20 kilometer. "Atau lebih dikenal dengan La Corona," Canuto menambahkan. La Corona kemudian lebih menonjol setelahnya.
LIVE SCIENCE | AMRI MAHBUB