TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah teleskop besar tampak menarik perhatian masyarakat di pelataran Planetarium, Jakarta. Teleskop ini merupakan salah satu teleskop yang dipakai untuk mengamati gerhana. Berbeda dari teleskop kebanyakan, teleskop ini memiliki diameter lebih besar dari teleskop biasa yang dipakai untuk mengamati gerhana matahari yang terjadi hari ini, Rabu, 9 Maret 2016.
Teleskop ini bernama Dobsonian. Teleskop tersebut tak jarang disebut ember cahaya karena dapat mengumpulkan pantulan-pantulan cahaya dari benda-benda langit. Biasanya alat ini digunakan untuk mengamati space field seperti bintang dan galaksi.
Teleskop ini merupakan teleskop berdiameter kurang-lebih 32-64 inci. Adapun tingginya bisa mencapai 2-3 meter. Teleskop tersebut berasal dari Amerika. Untuk membeli teropong jenis ini, perlu merogoh kocek Rp 12-15 juta.
"Untuk yang ini ukurannya small. Biasanya beli ready stock di toko-toko di Indonesia. Ada juga yang harus pesan khusus," kata anggota Himpunan Astronomi Amatir Jakarta, Dicka Andantino, di pelataran Planetarium.
Khusus untuk mengamati gerhana matahari ini, teleskop tidak bisa dipakai secara langsung. Ada dua alternatif yang dapat digunakan, yaitu memasang filter dan melihat melalui pantulan.
Filter dipasang pada pipa pengamatan. Menurut Dicka, filter yang dipasang ini memiliki ketebalan tertentu, ada yang untuk mengamati keseluruhan dan flare matahari. Sedangkan cara yang dipakai di Planetarium adalah melihat pantulan di layar. Hal ini dilakukan agar matahari tidak dilihat secara langsung.
Teleskop ini merupakan jenis yang diminati para astronom dari berbagai level. Pasalnya, teleskop ini dirancang untuk mudah digunakan, sederhana, dan mengumpulkan banyak cahaya.
Nama teleskop ini diambil dari nama penemunya, John Dobson. Teleskop tersebut dibuat dengan menggabungkan konsep Newtonian teleskop dan Alt-Azimuth mount.
MAWARDAH NUR HANIFIYANI