TEMPO.CO, Jakarta - Greenpeace, organisasi nirlaba yang bergerak di bidang lingkungan, meluncurkan peta digital hutan Indonesia.
"Peta ini memberikan penjelasan pengelolaan hutan di Indonesia," kata juru kampanye Greenpeace Indonesia, Teguh Surya, di Restoran Korean Born Ga, Jakarta Selatan, lokasi peluncuran peta, pada Selasa, 15 Maret 2016.
Teguh menjelaskan, peta digital tersebut memungkinkan masyarakat memantau kondisi hutan, termasuk deforestasi dan kebakaran hutan, yang terjadi dalam 24 jam terakhir.
Ini karena peta menyajikan data keberadaan titik api, lengkap dengan koordinat lokasinya secara realtime.
Kelebihan lainnya, publik juga bisa mencari tahu perusahaan pemilik lahan yang terbakar. "Kalau masyarakat peduli, tentu akan memberi dampak positif bagi penyelamatan hutan kita," ujar Teguh. Tim Greenpeace menyebut tindakan ini sebagai "kepo hutan".
Mantan Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Bambang Widjojanto menyebut transparansi data yang tersaji dalam peta "kepo hutan" Greenpeace merupakan langkah produktif dalam upaya pemberantasan korupsi.
"Apalagi peta ini juga memungkinkan partisipasi publik untuk mencegah kerugian negara," katanya di tempat yang sama.
Peta kepo hutan dirancang menggunakan teknologi open source dari Global Forest Watch. Di dalamnya terdapat beragam data terkait hutan, misalnya perkebunan kelapa sawit, hutan tanaman industri dan usaha kayu alam, serta izin pertambangan batu bara.
Data konsesi yang dikumpulkan Greenpeace disimpan dalam bentuk peta digital yang memungkinkan publik mengunduhnya dengan format shapefiles untuk diteliti.Untuk mengunduhnya, publik hanya perlu mengakses laman www.greenpeace.org/seasia/id/kepohutan/
ISMA SAVITRI