TEMPO.CO, Malang - Sampah plastik menjadi masalah utama yang masih sulit dikendalikan dan ditangani oleh para pengelola taman nasional dan obyek wisata gunung di Indonesia.
Berdasarkan hasil survei di delapan taman nasional dan tujuh gunung oleh Komunitas Sapu Gunung yang bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) dan organisasi mahasiswa pencinta alam sepanjang 11-24 April 2016, didapati sebanyak 453 ton sampah mengotori kawasan taman nasional. Mayoritas sampah bertumpuk, ditanam, dan bertebaran di lokasi perkemahan pendaki.
Direktur Jenderal Pengolahan Sampah, Limbah dan Bahan Berbahaya Beracun (B3) Kementerian LHK, Tuti Hendrawati Mintarsih mengatakan, dari 453 ton sampah, sampah plastik mendominasi sebanyak 53 persen atau 250 ton. Sampah plastik menjadi persoalan serius karena sangat sulit terurai di dalam tanah dan secara permanan berpotensi mencemari ekosistem taman nasional.
“Permasalahan sampah perlu diwaspadai karena berkaitan dengan salah satu fungsi taman nasional sebagai destinasi wisata yang harus bersih dari sampah dan pelestarian flora dan faunanya," kata Tuti dalam rilis pers yang diterima Tempo pada Jumat, 29 April 2016.
Pernyataan Tuti berkaitan dengan rencana aksi bersih-bersih oleh Komunitas Sapu Gunung di dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) yang akan dimulai Sabtu pagi, 30 April 2016. Seluruh anggota Komunitas Sapu Gunung bersama pimpinan dan staf TNBTS akan membersihkan jalur pendakian Gunung Semeru dari pos pendaftaran pendaki di Ranupani sampai Ranukumbolo.
Ranukumbolo merupakan pos keempat dari 10 pos pendakian Semeru. Berada di ketinggian 2.390 meter dari permukaan laut, Ranukumbolo menjadi pos peristirahatan paling disukai pendaki dibanding Pos Kalimati dan Pos Arcapodo. Lokasi Ranupani dan Ranukumbolo terpaut jarak 10 kilometer dengan waktu tempuh 180 menit alias 3 jam.
ABDI PURNOMO