TEMPO.CO, Mataram -Tim Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dan Museum Geologi Badan Geologi (BG) sedang melakukan survei Pulau Moyo (Kabupaten Sumbawa) – Pulau Satonda (Kabupaten Dompu). Keduanya akan dijadikan taman nasional Moyo - Satonda. Utamanya perairan lautnya yang selama ini sebagai taman wisata alam laut.
Perekayasa Fungsional Museum Geologi BG Heryadi Rachmat menjelaskan kegiatan survei tersebut kepada Tempo, Kamis 5 Mei 2016. ‘’Banyak potensi lautnya. Kalau sudah jadi taman nasional bisa dimanfaatkan kepentingan edukasi dan lainnya,’’ kata Heryadi Rachmat.
Menurut Kepala Sub Bagian Tata Usaha BKSDA NTB Lugi Hartanto membenarkan bahwa kedua pulau tersebut diinisiasi sebagai taman nasional. ‘’Agar lebih intensif pengelolaannya lebih optimal, "’ ujar Lugi Hartanto. Selama ini, Moyo dan Satonda yang berdampingan dikenal sebagai Taman Buru dan Taman Wisata Alam.
Menurut Heryadi Rachmat, akibat letusan gunung api Tambora pada tahun 1815 terbentuklah pulau Satonda di seberang barat laut dari Tambora. Pulau gunung api ini berada di seberang daratan pulau Sumbawa.
Di dalam pulau seluas 4,8 kilometer persegi tersebut terdapat danau seluas 0,8 kilometer persegi. Semua dasar danaunya berkarang. Airnya pun rasa asin. Menariknya, Danau itu mengikuti pola pasang surut air laut di sekitar pulau tersebut.
Fenomena danau air laut pasang surut Satonda dipuji sebagai keajaiban dunia. ‘’Air laut mengalir melalui bawah tanah. Apabila air laut surut maka danau pun menjadi surut,’’ ucapnya.
Pulau Satonda yang disebut sebagai taman wisata itu pernah diteliti diantaranya oleh E.T.Degens, V Ittekot Stephan Kempe (Institute of Biogechemistry and Marine Chemistry, University of Hamburg Jerman) pada bulan Nopember 1984, Prof. D.Eisma, Josef Kazmierczak (Institute of Paleobiology, Polish Academy of Sciences Polandia) pada bulan Desember 1986 dan 1995. Prof.How Kin Wong dan Uwe Selge, 4 Oktober 1986.
Pulau Moyo, yang terletak di sebelah barat Satonda memiliki luas 30.000 hektar. Panjang pulau ini dari selatan ke utara sejauh 27 kilometer dan dari barat ke timur sekitar 8 hingga 20 kilometer. Hak pengusahaan pariwisata alam di dalam taman buru seluas 12.000 hektar. Luas taman buru seluruhnya 22.250 hektar dan luas taman laut seluruhnya 6.000 hektar.
Pulau Moyo dikenal dunia sejak pertama kali dikunjungi Lady Diana. Kini para selebriti dunia berdatangan menginap di hotel eksklusif Amanwana, merupakan pulau karang yang mempunyai topografi yang datar di bagian selatan dan tengah serta bergelombang berbukit di bagian utara. Bukit tertinggi mencapai 600 meter di atas permukaan laut.
Sebagai taman buru, Moyo memiliki potensi satwa liar yang sangat tinggi. Rusa, babi hutan, sapi liar (banteng), kera abu-abu, burung gosong yang telurnya besar dan bila bertelur ia pingsan, ular dan kupu-kupu.
Selain padang savana yang cukup luas, Moyo juga memiliki kekayaan flora. Terdapat pohon tegakan besar yaitu Suren, Kesambi, Kuken, Asam, kayu Batu, Binong, Laban, dan Beringin. Selain keindahan karang lautnya, Moyo juga mempunyai banyak ikan hias seperti dakocan, loreng botana kasur, moris idel, sersan mayor disamping adanya ikan lumba-lumba, tenggiri, kakap, beronang, udang, cumi-cumi.
Di sekitar depan perairan Gedal Brang Sedo, terdapat taman laut yang indah. Di sana bisa dilakukan penyelaman malam hari dan Wreck Dive - yaitu menyelam di sekitar lokasi tenggelamnya kapal Jepang pada zaman Perang Dunia ke-2 yang dipenuhi ikan hias. Wreck Dive berada di lokasi sekitar 30 menit menggunakan boat dari Gedal Brang Sedo. Selain itu, sekitar 100 meter di depan hotel tersebut, terdapat karang laut membentuk dinding setinggi 10-30 meter dan bentangannya 20 meter.
Sesuai hasil ekspedisi Pulau Moyo yang dilakukan LIPI pada 1993, di Ai Manis terdapat paparan terumbu karang yang panjangnya lebih dari 3 kilometer dan lebarnya dari garis pantai ke arah tubir, 60 meter. Belum lagi yang ada di perairan sekitar Moyo lainnya. Seperti di Brangkoa, Sebotok dan Satonda. Lereng terumbu yang hampir tegak lurus sampai di kedalaman lebih dari 40 meter. Pada dinding terumbu yang tegak lurus terdapat gua-gua kecil yang menarik.
Di sana pun ada air terjun Mata Jitu. Untuk kesana, apabila dari Gedal Brang Sedo, menggunakan motor boat yang mesinnya 80 PK waktunya 30 menit menuju Labuan Aji. Dari desa pemukiman penduduk setempat itu ke Mata Jitu jaraknya kira-kira 7 kilometer, atau sekitar satu jam jalan kaki. Jalan menuju air terjun tersebut melewati hutan semak yang kering pada musim kemarau.
Kawasan air terjun tersebut cukup teduh. Suhu air sedang, tidak terlalu dingin. Tinggi air terjun hanya puluhan meter saja, namun di bawahnya, ada tiga tingkat dasar sebelum air mengalir ke alur sungai di bawahnya.
SUPRIYANTHO KHAFID