TEMPO.CO, New York - Apple mengucurkan investasi US$ 1 miliar atau sebesar Rp 13,3 triliun kepada Didi, layanan transportasi terbesar di Cina. Langkah ini sekaligus menjadi ancaman yang paling menakutkan untuk ambisi Uber beroperasi ke negara itu.
Investasi yang diumumkan hari ini ke perusahaan Didi, yang baru berusia 4 tahun, memberi dorongan besar dalam pertempuran sengit dalam menjaring konsumen di Cina. Uber masih memiliki valuasi yang lebih tinggi di atas kertas ketimbang Didi—US$ 62,5 miliar dibanding US$ 25 miliar, dan Uber jangkauannya lebih luas di lebih banyak negara secara global.
Tapi Cina adalah pasar paling subur di dunia untuk kebutuhan transportasi. Cina mempunyai 750 juta pengendara potensial dan menjadi landasan besar bagi pertumbuhan yang jauh lebih besar dengan potensi ratusan juta karena kelas menengah di Cina selama dekade ke depan. Sedangkan Didi telah beroperasi di lebih dari 400 kota sejak Januari lalu. Menurut analis, langkah itu telah menjaring 87 persen pasar.
Dalam sebuah pernyataan, Apple menyatakan investasi yang dilakukan akan membantu Didi membangun platform berbagai kendaraan yang saat ini sudah menangani sebelas juta perjalanan setiap hari untuk 300 juta pengguna di seluruh Cina. CEO Apple Tim Cook menuturkan Didi menjadi contoh inovasi yang terjadi di komunitas pengembang iOS di Cina. Apple sangat terkesan dengan bisnis yang telah dibangun dan tim yang sangat baik di Didi. "Kami berharap mendukung Didi saat perusahaan itu tumbuh," ucap Cook.
Investasi ini menggarisbawahi upaya Apple hadir di pasar terbesar di luar Amerika Serikat. Dalam langkahnya, Apple menggabungkan dua perusahaan Internet besar di Cina, yakni Alibaba dan Tencent, untuk mendukung Didi. Investasi Apple dinilai sebagai upaya menghadapi keraguan pemegang saham mengenai pertumbuhan perusahaan dan kekuatan bisnis inti. Apple tampaknya akan mengatakan tidak harus membatasi ambisi untuk menjual perangkat saja.
Kesepakatan yang dilakukan Apple juga dilakukan beberapa perusahaan lain di dunia. Didi adalah bagian dari aliansi panggilan berkendaraan secara global, seperti Lyft yang berbasis di San Francisco, Ola di India, dan Grab di Asia Tenggara. Di Indonesia sendiri, ada Go-Jek dan Go-Car.
WIRED | ANTO