TEMPO.CO, Boston - Sebuah studi menunjukkan, wanita yang menderita migrain lebih mungkin mengalami masalah jantung dibanding wanita yang tidak mengidap penyakit kepala tersebut.
Para peneliti menemukan wanita yang memiliki penyakit migrain berisiko lebih besar mengalami serangan jantung dan angina (nyeri dada), dan perlu menjalani beberapa prosedur jantung dibandingkan dengan wanita yang tidak mengidap sakit kepala parah itu. Kabar tersebut dipublikasikan secara online di British Medical Journal, Selasa, 31 Mei 2016.
Migrain pada wanita tidak hanya berkaitan dengan risiko peningkatan penyakit jantung, tapi juga kematian, kata para peneliti.
"Studi ini benar-benar membuktikan bahwa migrain merupakan faktor risiko untuk penyakit kardiovaskular," kata Dr Rebecca Burch, seorang instruktur di departemen neurologi di Harvard Medical School di Boston, yang menulis editorial penelitian, tapi tidak terlibat dalam penelitian itu.
Meski demikian, risiko migrain terhadap penyakit jantung tak sebesar risiko merokok, tekanan darah tinggi, atau kolesterol, kata Brunch.
Namun, karena migrain relatif umum diderita, hal ini berpengaruh signifikan terhadap munculnya penyakit jantung. Satu dari empat wanita di Amerika terdampak penyakit tersebut.
Studi sebelumnya telah membentuk hubungan antara wanita pengidap migrain--terutama sakit kepala yang didului oleh gejala lainnya, seperti pusing atau dering di telinga (disebut sebagai aura)--dengan peningkatan risiko mengalami stroke iskemik dan stroke hemoragik.
Studi baru ini menunjukkan, migrain tidak hanya dikaitkan dengan peningkatan risiko stroke, tapi juga peningkatan risiko masalah kardiovaskular pada umumnya, ujar Burch kepada Live Science.
LIVE SCIENCE | ERWIN Z