Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Mahasiswa UB Kembangkan Pohon Penghasil Listrik

image-gnews
Mahasiswa Teknik Elektro berpose bersama alat ciptaan mereka yaitu polisi tidur penghasil listrik yang diberi nama Polisi Tidur Penghasil Energi Terbarukan (POTRET) di laboratorium elektro Universitas Brawijaya Malang, Jawa Timur, 1 Juni 2016. TEMPO/Aris Novia Hidayat
Mahasiswa Teknik Elektro berpose bersama alat ciptaan mereka yaitu polisi tidur penghasil listrik yang diberi nama Polisi Tidur Penghasil Energi Terbarukan (POTRET) di laboratorium elektro Universitas Brawijaya Malang, Jawa Timur, 1 Juni 2016. TEMPO/Aris Novia Hidayat
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Lima mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Brawijaya (UB) Malang menciptakan pohon elektrik atau "electronic tress", yakni prototype perangkat pohon elektrik tenaga surya sebagai solusi penyerapan udara menggunakan silica aerogel.

"Penemuan pohon elektrik ini berawal dari keprihatinan kami terhadap polusi udara yang disebabkan kebakaran hutan di sejumlah daerah di Tanah Air. Karena kondisi serupa terus terulang, kami terinspirasi membuat pohon elektrik ini," kata Ketua Tim Peneliti Pohon Elektrik Muhammad Fatahilah di Malang, Jawa Timur, Minggu.

Selain Fatahillah, empat mahasiswa Fakultas Teknik (FT) lainnya yang bergabung dalam tim tersebut adalah Hasan (Teknik Elektro), Rosihan Arby Harahap (Teknik Elektro), Lutfiyatul Maftukhah (Teknik Industri), dan Hafiz Tandiyanto Putra (Teknik Kimia).

Tim Program Kreativitas Mahasiswa Karsa Cipta (PKM-KC) yang menciptakan pohon elektrik tersebut didanai Dikti. "Prinsip kerja alat ini terdiri dari dua sistem. Sistem pertama adalah fotosintesis untuk menghasilkan energi listrik secara mandiri, sedangkan yang kedua adalah sistem respirasi yang berfungsi mengisap polusi udara berupa CO2 ataupun CO," kata Fatahillah.

Sistem fotosintesis ini, lanjutnya, terdiri dari panel surya yang berfungsi mengubah cahaya matahari menjadi energi listrik. Energi listrik inilah yang digunakan untuk memberikan tenaga kepada perangkat. Daya keluaran yang dihasilkan oleh alat ini sekitar 30 Watt.

Electrees yang juga dilengkapi dengan lampu ini berfungsi sebagai penerangan di malam hari. Sementara sistem kedua adalah sistem respirasi yang terdiri dari silica aerogel berbentuk granul sebagai media absorbsinya. Fungsinya untuk menyerap dan mengendapkan CO2 ataupun polusi udara lainnya dan membiarkan udara bebas keluar melewatinya.

Ia memaparkan silica aerogel mempunyai kapasitas penyerapan 1,2 gCO2/gadsorbent. Dibanding zat lain yang berfungsi serupa, seperti karbon aktif dan zeolit, silica aerogel lebih besar daya serapnya. Prototype electrees ini memiliki 500 gr silica aerogel," ujar anggota tim yang bertanggung jawab dalam pengembangan sistem respirasi perangkat, Hafiz.

Lebih lanjut, Hafidz mengatakan kelebihan lainnya adalah, ketika silica aerogel telah menyerap CO2 sampai titik jenuh, pengguna hanya perlu memanaskan kembali dan siap dipergunakan kembali.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Saat ini, katanya, tim sedang bekerja keras untuk mengembangkan tracking system perangkat agar energi yang ditangkap dari sinar matahari lebih efektif. Dan tim itu optimistis bahwa dalam waktu dekat "tracking system" dapat difungsikan.

"Ketika pagi hari tracking akan menghadap timur, lalu mengikuti matahari sampai sore hari. Ketika sore hari, akan lurus menghadap ke atas. Ketika posisi tegak lurus, lampu akan menyala selama satu malam," kata anggota tim lainnya, Hasan.

Untuk pengembangan prototype, kata Hasan, sejauh ini tim telah menghabiskan dana Rp4 juta. "Untuk aplikasi di lapangan kemungkinan dibutuhkan ukuran yang lebih besar lagi," ujar anggota tim lainnya, Rosihan.

Tim bimbingan dosen Nurusaadah ini berharap bisa bekerja sama dengan pemerintah dan mengaplikasikan electrees di jalan raya atau pusat industri untuk mengurangi kadar polusi udara, disamping sebagai penerangan jalan raya.

"Terlebih dengan melimpahnya kendaraan bermotor seperti sekarang ini, bisa dipastikan polusi udara semakin meningkat," kata anggota tim Lutfiyatul.

ANTARA

Baca juga:

Tantangan Ramadan: Di Sini Anda Harus Berpuasa Selama 21 Jam
EKSKLUSIF Kopi Maut: Jessica Pernah Kelahi & Tabrak Pagar

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Keripik Tempe Rohani Sukses Kembangkan Usaha Berkat Pinjaman BRI

2 hari lalu

Keripik Tempe Rohani Sukses Kembangkan Usaha Berkat Pinjaman BRI

Strategi yang dilakukan ada di peningkatan pelayanan, mempertahankan kualitas produk, dan juga melakukan inovasi


BRIN Temukan Daur Ulang Baterai Litium Ramah Lingkungan

15 hari lalu

Secara spesifikasi, Kia Ray dibekali baterai lithium-iron-phosphate (LFP) 35,2 kilowatt-jam. (Foto: Kia)
BRIN Temukan Daur Ulang Baterai Litium Ramah Lingkungan

BRIN sebut tiga alasan mengapa daur ulang baterai litium sangat penting. Satu di antaranya alasan ramah lingkungan.


Ragam Kuliner Nikmat Asli Kota Malang

16 hari lalu

Nasi pecel. Cookpad
Ragam Kuliner Nikmat Asli Kota Malang

Apa saja makanan khas Kota Malang yang patut untuk dicoba?


Kilas balik Pendirian Kota Malang yang dibentuk Pemerintah Hindia Belanda

17 hari lalu

Wahana bianglala di Alun-alun Batu Kota Malang pada malam hari, Senin, 15 Juli 2019. TEMPO/Abdi Purmono
Kilas balik Pendirian Kota Malang yang dibentuk Pemerintah Hindia Belanda

Seperti kebanyakan kota di Indonesia, Kota Malang mengalami pertumbuhan dan perkembangan setelah kedatangan pemerintah kolonial Belanda.


Universitas Brawijaya Terima 3.662 Mahasiswa Baru, Ini Progam Studi Paling Diminati

22 hari lalu

Kampus Universitas Brawijaya di Malang, Jawa Timur, Senin, 24 November 2014. [TEMPO/STR/Aris Novia Hidayat; ANH2014112508]
Universitas Brawijaya Terima 3.662 Mahasiswa Baru, Ini Progam Studi Paling Diminati

Universitas Brawijaya menerima 3.662 mahasiswa baru dari total 31.368 pendaftar lewat jalur SNBP.


Guru Besar 21 PTN Berbadan Hukum Ungkapkan 10 Maklumat Kepemimpinan Membumi

44 hari lalu

Para guru besar dari 21 Perguruan Tinggi Tinggi Berbadan Hukum (PTN-BH) mengeluarkan Maklumat Kepemimpinan Membumi, Sabtu, 2 Maret 2024. Ugm.ac.id
Guru Besar 21 PTN Berbadan Hukum Ungkapkan 10 Maklumat Kepemimpinan Membumi

Pertemuan ini menegaskan komitmen untuk meningkatkan kepemimpinan para guru besar dengan membumikan kepemimpinan akademik. Pimpinan Majelis Dewan Guru Besar PTNBH, Andi Pangerang Moenta mengatakan, dalam pertemuan tersebut disampaikan poin-poin penting untuk melaksanakan Tri Dharma Perguruan tinggi (Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian Masyarakat).


Dua Rombongan Siswa Bertolak ke Istanbul dan New York Hari Ini

52 hari lalu

Delegasi MAN 2 Kota Malang pada Istambul Youth Summit 2024. Kemenag
Dua Rombongan Siswa Bertolak ke Istanbul dan New York Hari Ini

Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Kota Malang, Jawa Timur, akan mengirim 18 siswa mengikuti Istanbul Youth Summit (IYS) 2024.


Tiga TPS di Kota Malang Kekurangan Surat Suara Pilpres 2024

14 Februari 2024

Ilustrasi TPS. Dok TEMPO
Tiga TPS di Kota Malang Kekurangan Surat Suara Pilpres 2024

Sejumlah TPS di Kota Malang kekurangan surat suara untuk Pilpres 2024. Proses pemungutan suara pun dihentikan.


Guru Besar dan Sivitas Akademika Puluhan Kampus Bergerak Kritik Jokowi, Berikut Daftarnya

8 Februari 2024

Rektor Universitas Indonesia (UI) 2014-2019 Muhammad Anis menyampaikan Deklarasi Kebangsaan Kampus Perjuangan di Gedung Rektorat Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Jumat, 2 Februari 2024. Deklarasi tersebut sebagai bentuk prihatin atas hancurnya tatanan hukum, dan demokrasi, khususnya peristiwa politik Pemilu 2024 yang dilakukan tanpa martabat dan keadaban publik. TEMPO/M Taufan Rengganis
Guru Besar dan Sivitas Akademika Puluhan Kampus Bergerak Kritik Jokowi, Berikut Daftarnya

Guru besar dan sivitas akademika kampus bergerak kritik Jokowi kian meluas, berikut di antaranya puluhan daftar kampus.


Presiden Mahasiswa UB Minta Jokowi Tak Ulang Orde Baru: Dulu ABG, Jangan Sampai Kini ABI

7 Februari 2024

Ilustrasi mahasiswa. ANTARA
Presiden Mahasiswa UB Minta Jokowi Tak Ulang Orde Baru: Dulu ABG, Jangan Sampai Kini ABI

Presiden Eksekutif Mahasiswa Universitas Brawijaya Satria Naufal Putra Andar, menyebut mahasiswa tak ragu nyatakan sikap ke Jokowi.