TEMPO.CO, New Brunswick - Albert Einstein dijuluki sebagai ilmuwan terbesar abad ke-20. Pada 1921, dia dianugerahi Hadiah Nobel dalam bidang fisika untuk penjelasannya tentang efek fotolistrik dan "pengabdiannya bagi Fisika Teoretis".
Sudah lama para ahli menyelidiki apa yang membuat pria kelahiran Jerman pada 1879 itu jenius? Beruntung, tujuh jam setelah kematiannya pada 1955, mereka mengambil otak Einstein dengan persetujuan keluarga.
Otak itu dipindahkan dan difoto dari berbagai sudut. Selanjutnya, foto itu dibagi menjadi 240 blok dan tersedia dalam slide histological. Sayangnya, sebagian besar blok, foto, dan slide itu hilang dari pandangan publik, lebih dari 55 tahun.
Sebanyak 14 foto yang digunakan para peneliti itu disimpan oleh Museum Nasional Kesehatan dan Kedokteran. Sebuah penelitian terhadap foto-foto tersebut menjelaskan bahwa bagian otak Albert Einstein tidak seperti kebanyakan orang. Menurut ahli antropolog Florida State University, Dean Falk, hal itu diduga berkaitan dengan kemampuan kognitif Einstein yang luar biasa.
Falk, bersama dengan rekannya, Frederick E. Lepore, dari Robert Wood Johnson Medical School, serta Adrianne Noe, Direktur Museum Nasional Kesehatan dan Kedokteran, menjelaskan untuk pertama kalinya tentang korteks serebral otak Einstein hasil pemeriksaan terhadap 14 foto. Para peneliti membandingkan otak Einstein dengan 85 otak manusia normal. Mereka menemukan bahwa, berdasarkan studi pencitraan fungsional, otak Einstein memiliki fitur yang tidak biasa.
"Meskipun ukuran keseluruhan dan bentuk asimetris otak Einstein normal, korteks prefrontal, somatosensori, motor utama, parietal, temporal, dan oksipitalnya luar biasa," kata Falk. Menurut dia, hal ini mungkin telah memberikan dasar-dasar neurologis untuk beberapa kemampuan visuospatial dan matematikanya, misalnya.
Penelitian itu, "The Cerebral Cortex of Albert Einstein: A Description and Preliminary Analysis of Unpublished Photographs", diterbitkan dalam jurnal Brain. Makalah ini juga menerbitkan "peta" ke otak Einstein yang disiapkan pada 1955 oleh Dr Thomas Harvey untuk menggambarkan lokasi 240 blok jaringan.
BRAIN | SCIENCE DAILY | AMRI MAHBUB