TEMPO.CO, Vancouver - Pada 2100, paras muka laut diprediksi naik 12 sentimeter ketimbang kondisi sekarang. Kenaikan ini akibat mencairnya sejumlah gunung es di belahan bumi utara dan selatan serta beberapa pegunungan. Prediksi itu didasari riset yang digelar UBC (University of British Columbia) di Vancouver, Kanada, dan dimuat dalam jurnal Nature Geoscience.
Penyumbang terbesar kenaikan permukaan laut tersebut ada di Kutub Utara wilayah Kanada, Alaska, dan gletser di Antartika. Sumbangan lain dalam porsi kecil berasal dari mencairnya gletser di Pegunungan Alpen Eropa, Selandia Baru, Kaukasus, Kanada bagian barat, dan Amerika Serikat bagian barat. Volume es di pegunungan wilayah ini diperkirakan akan hilang 50 persen.
Ketika membuat prediksi, UBC mengembangkan model dengan melihat 120 ribu gletser dan puncak gunung es di seluruh dunia. "Belum banyak studi skala global yang mengukur berapa banyak es yang meleleh," kata Valentina Radic, peneliti post-doctoral Departemen Ilmu Bumi dan Kelautan, yang memimpin tim peneliti UBC.
Dalam riset ini, Radic menggandeng Regine Hock dari University of Alaska, Fairbanks. Mereka membuat model gletser yang mencair di masa depan berdasarkan proyeksi temperatur dan curah hujan dari 10 model iklim global. Model ini digunakan Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC).
Radic menjelaskan, hasil studinya sama dengan proyeksi yang dibuat IPCC. Namun, kata dia, “Riset kami lebih rinci dan menggambarkan kondisi regional.” Hal ini memungkinkan didapatkannya gambaran yang lebih baik secara regional dan dampak potensial pada persediaan air serta perubahan distribusi ukuran gletser.
SCIENCE DAILY | NATURE GEOSCIENCE | AMRI MAHBUB
BACA JUGA
EKSKLUSIF: Perjalanan Duit Rp 30 Miliar ke Teman-teman Ahok
Terungkap: Reklamasi Jakarta Itu Ide Kuno, Ini Solusinya