TEMPO.CO, Aberdeen – Satu set lingkaran besi di pilar batu sebuah kapel abad ke-15 di Aberdeen, Skotlandia mungkin terlihat biasa. Tapi sejarawan mengatakan benda tersebut bisa menjadi penghubung ke masa kelam kota Aberdeen. Benda-benda itu disebut berhubungan dengan pengadilan dan eksekusi 23 wanita dan satu pria yang dituduh menggunakan sihir selama “Great Witch Hunt” di Aberdeen pada 1597.
“Sebenarnya masih ada keraguan, lingkaran besinya tak terlalu spektakuler, tapi cukup asli,” kata Arthur Winfield, pimpinan proyek untuk OpenSpace Trust di Inggris. Arthur dan timnya merestorasi kapel sebagai tempat suci. Winfield mengatakan dua tempat di dalam gereja telah menjadi penjara untuk penyihir yang tertangkap dalam masa “Great Witch Hunt” di Aberdeen.
Perburuan penyihir di Skotlandia pada abad ke-16 tak dilakukan oleh masyarakat dengan mengacungkan garpu rumput, tapi diperintahkan langsung oleh raja. Hasilnya, Aberdeen saat ini memiliki catatan asli dan rinci tentang pengadilan dan eksekusi penyihir pada 1597. Termasuk pembayaran kepada pandai besi lokal untukmembuat lingkaran besi dan belenggu yang digunakan untuk memenjarakan penyihir.
Catatan yang dimiliki kota ini juga termasuk rincian biaya untuk tali, kayu, dan tar yang digunakan untuk membakar penyihir di sebuah tiang, di Castle Hill dan Heading Hill Aberdeen. Menurut data University of Edinburgh, sebagai keringanan sebagian besar terdakwa dicekik dulu sampai meninggal sebelum tubuhnya dibakar.
Chris Croly, sejarawan di University of Aberdeen mengatkan Aberdeen sering disebut sebagai kota yang paling banyak membakar penyihir. “Ini tak sepenuhnya akurat, yang akurat adalah Aberdeen punya catatan terbaik tentang pembakaran penyihir di Skotlandia, jadi tampak menjadi pembakar penyihir terbanyak,” kata dia.
Croly mengatakan penganiayaan penyihir mulai terjadi di Eropa pada abad ke-15 dan mencapai Skotlandia pada 1590-an. Kemudian berlanjut ke Amerika pada abad ke-17 dan menyebabkan pengadilan dan eksekusi paling terkenal di Massachusetts pada 1692 dan 1693.
Pada masa itu, otoritas Protestan dan Katolik meyakini penyihir lahir dari “komunikasi dengan iblis” dan naskah dalam Injil membenarkan eksekusinya. “Ini alasan mengapa penganiayaan penyihir terjadi di negara Protestan dan Katolik,” kata Croly.
FOXNEWS | TRI ARTINING PUTRI