Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Tak Seperti Dolly, 13 Domba Kloning Ini Berumur Panjang

image-gnews
Domba-domba kloning keturunan Dolly yang hidup tujuh tahun lalu. (Daily Mail)
Domba-domba kloning keturunan Dolly yang hidup tujuh tahun lalu. (Daily Mail)
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Analisis terhadap 13 domba hasil kloning, termasuk empat yang berasal dari materi genetik yang sama dengan binatang hasil kloning pertama, domba Dolly, terbukti bisa berumur panjang dan hidup sehat. Demikian hasil studi yang dipublikasikan Selasa (26/7) di jurnal Nature Communications.

Tiga pekan setelah ulang tahun ke-20 kelahiran domba Dolly, peneliti dari Universitas Nottingham di Inggris, yang memimpin studi itu, mengungkapkan temuan terkini mereka mengenai penyakit tidak menular terkait usia pada keturunan binatang hasil kloning.

Seperti dilansir laman Universitas Nottingham, empat domba hasil kloning yang berasal dari lini sel yang sama, kopi genom Dolly, mencapai usia kedelapan mereka dalam keadaan sehat.

Domba-domba hasil kloning bernama Debbie, Denise, Dianna, dan Daisy itu baru saja merayakan ulang tahun kesembilan.

Ahli biologi perkembangan Kevin Sinclair dari Universitas Nottingham memelihara mereka bersama sembilan domba hasil kloning lainnya yang usianya tujuh sampai sembilan tahun.

Dolly mencetak sejarah sebagai binatang pertama yang dikloning dari sel domba dewasa menggunakan teknik yang disebut Somatic-Cell Nuclear Transfer (SCNT).

Namun umur panjang dan kesehatan saat menua di antara binatang yang dikloning menggunakan teknik SCNT sejak lama menjadi perdebatan. Domba Dolly menjalani perawatan osteoarthritis beberapa kali menjelang kematiannya tahun 2003 pada usia relatif muda yakni 6,5 tahun.

Studi yang baru menunjukkan bahwa pada usia tujuh sampai sembilan tahun (sekitar 60 sampai 70 tahun pada manusia) domba-domba hasil kloning tidak menunjukkan efek gangguan kesehatan jangka panjang.

Selama 2015, domba-domba hasil kloning tersebut menjalani serangkaian penilaian komprehensif untuk penyakit tidak menular seperti obesitas, hipertensi dan osteoarthritis, tiga penyakit utama yang biasa ditemukan pada populasi orang lanjut usia menurut para peneliti.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pemeriksaan radiologi pada semua sendi utama dilanjutkan dengan pemindaian Magnetic Resonance Imaging (MRI) pada lutut mereka, sendi merupakan bagian tubuh yang paling terdampak osteoarthritis pada Dolly.

Kesehatan mereka dibandingkan dengan sekelompok domba berusia enam tahun hasil kembang biak alami pada kondisi serupa di Universitas Nottingham.

"Domba hasil perkembangbiakan alami bisa hidup 10 tahun lebih pastinya... Tapi ini seperti pada manusia. Manusia bisa hidup sampai umur 80an dan 90an atau bahkan 100an tahun lebih, tapi hanya sedikit yang seperti itu," kata Sinclair, salah satu penulis hasil studi itu.

Salah satu yang menjadi perhatian adalah bahwa pada masa-masa awal keturunan domba hasil kloning menua sebelum waktunya dan Dolly didiagnosis osteoarthritis pada usia sekitar lima tahun, jadi ini jelas area yang relevan untuk diteliti, kata Sinclair.

Meski usianya lanjut, domba-domba hasil kloning, termasuk empat "saudari" Dolly, tidak menunjukkan tanda-tanda diabetes, tekanan darah tinggi atau penyakit sendi degeneratif.

Meski beberapa binatang menunjukkan tanda-tanda osteoarthritis ringan namun tidak ada yang pincang dan tidak ada yang membutuhkan perawatan osteoarthritis menurut hasil studi yang dikutip kantor berita Xinhua.

ANTARA

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


BRIN Temukan Daur Ulang Baterai Litium Ramah Lingkungan

21 hari lalu

Secara spesifikasi, Kia Ray dibekali baterai lithium-iron-phosphate (LFP) 35,2 kilowatt-jam. (Foto: Kia)
BRIN Temukan Daur Ulang Baterai Litium Ramah Lingkungan

BRIN sebut tiga alasan mengapa daur ulang baterai litium sangat penting. Satu di antaranya alasan ramah lingkungan.


Dua Artikel Ilmiah Karya Dosen UGM Paling Banyak Disitasi, Apa Saja?

26 September 2023

Kampus Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. (ugm.ac.id)
Dua Artikel Ilmiah Karya Dosen UGM Paling Banyak Disitasi, Apa Saja?

Universitas Gadjah Mada atau UGM masuk dalam jajaran top 50 dunia pada THE Impact Rankings 2023.


Rektor Stanford University Mundur karena Penelitian Ilmiahnya Dinilai Kurang

20 Juli 2023

Menara Hoover menjulang di Stanford University di Stanford, California, AS pada 13 Januari 2017. REUTERS/Noah Berger
Rektor Stanford University Mundur karena Penelitian Ilmiahnya Dinilai Kurang

Pemimpin Stanford University, salah satu kampus yang paling bergengsi di AS, mundur setelah ditemukan kekurangan dalam penelitiannya tentang saraf.


2 Syarat dari BRIN Agar Penemuan Bisa Disebut Sebagai Inovasi

14 Juli 2023

Peneliti di Gedung Genomik BRIN di Kawasan Sains dan Teknologi Soekarno, Cibinong, Jawa Barat, Selasa, 27 Juni 2023. (Tempo/Maria Fransisca)
2 Syarat dari BRIN Agar Penemuan Bisa Disebut Sebagai Inovasi

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan dua syarat agar sebuah penemuan dapat disebut sebagai inovasi.


Bagaimana Artikel Ilmiah Bisa Lolos di Jurnal Bereputasi? Ini Kata Dosen Unpad

14 April 2023

Ilustrasi jurnal ilmiah. Shutterstock
Bagaimana Artikel Ilmiah Bisa Lolos di Jurnal Bereputasi? Ini Kata Dosen Unpad

Tiga peneliti Unpad membagikan pengalamannya terkait pengalaman publikasi artikel ilmiah pada jurnal internasional bereputasi tinggi.


Pakar ITB Teliti Kepunahan Reptil dengan Tim Ilmuwan Dunia

6 April 2023

Gambar dari Batagur trivittata, Burmese Roofed Turtle yang masuk daftar Critically Endangered menurut IUCN Red List. (Rick Hudson, source: https://www.iucnredlist.org/species/10952/152044061)
Pakar ITB Teliti Kepunahan Reptil dengan Tim Ilmuwan Dunia

Ilmuwan ITB Djoko T. Iskandar meneliti kepunahan reptil dan kaitannya dengan usaha konservasi tetrapoda.


Rancang Alat Deteksi Jenis Malaria, Mahasiswa ITB Raih Juara Pertama Festival Ilmiah

26 Maret 2023

Tim Mahabidzul dari ITB merancang pendeteksian jenis malaria pada pasien secara cepat dan akurat. Dok.ITB
Rancang Alat Deteksi Jenis Malaria, Mahasiswa ITB Raih Juara Pertama Festival Ilmiah

Tim mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) merancang alat deteksi lima jenis malaria.


Pakar ITB Teliti Keruntuhan Anak Krakatau 2018 untuk Pemodelan Tsunami Akurat

22 Maret 2023

Gunung Krakatau. itb.ac.id
Pakar ITB Teliti Keruntuhan Anak Krakatau 2018 untuk Pemodelan Tsunami Akurat

Dosen teknik geologi ITB meneliti keruntuhan tubuh Gunung Anak Krakatau sebagai tolok ukur pemodelan tsunami akurat.


Psikolog UI Teliti Penyebab Bungkamnya Mahasiswa Saksi Kecurangan Akademik

17 Januari 2023

Anna Armeini Rangkuti, mahasiswa program doktoral di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI). ui.ac.id
Psikolog UI Teliti Penyebab Bungkamnya Mahasiswa Saksi Kecurangan Akademik

Psikolog UI Anna Armeini Rangkuti mengidentifikasi ada empat motif utama silence mahasiswa terhadap kesaksian adanya kecurangan akdemik.


Tips Menulis Esai Ilmiah dengan Baik, Mahasiswa Perlu Tahu

13 September 2022

Ilustrasi jurnal ilmiah. Shutterstock
Tips Menulis Esai Ilmiah dengan Baik, Mahasiswa Perlu Tahu

Simak tips menulis esai ilmiah yang baik dari Universitas Airlangga.