TEMPO.CO, Jakarta - Populasi badak Jawa di Taman Nasional Ujung Kulon, menurut data organisasi lingkungan hidup WWF Indonesia, mengalami pertumbuhan yang cukup menggembirakan.
“Selama 3 tahun menunjukkan ada penambahan populasi walaupun tidak banyak, tapi cukup menjanjikan,” kata pemimpin proyek WWF Indonesia di Ujung Kulon, Yuyun Kurniawan, di Ujung Kulon, Kamis lalu.
Berdasarkan pantauan WWF Indonesia dengan camera trap, pada 2014, populasi badak Jawa mencapai 57 ekor. Jumlah tersebut bertambah menjadi 60 pada tahun berikutnya dan kini ada 63 ekor.
Yuyun tidak mengetahui pasti perbandingan antara badak jantan dan betina, tapi ia memperkirakan populasinya kini didominasi pejantan.
Meskipun jumlahnya bertambah, dari segi spasial, pertumbuhan populasi perlu menjadi perhatian karena luas lahan tidak bertambah.
Salah satu yang menjadi ancaman dalam pertumbuhan jumlah badak Jawa adalah spesies invasif terhadap tanaman pakan.
Yuyun menceritakan ada tanaman, yang dalam bahasa setempat disebut langkap, yang menutupi cahaya matahari sehingga pertumbuhan tanaman pakan badak terhambat.
Kesejahteraan badak terhambat bila pakan berkurang.
Selain itu, karena badak Jawa di lokasi tersebut merupakan populasi tunggal, in-breeding atau perkawinan sedarah menjadi kekhawatiran karena dapat menimbulkan masalah genetik.
Peluang untuk kawin sedarah, menurut Yuyun, cukup besar karena semua populasi tinggal di tempat yang sama.
Untuk menjaga kualitas individu badak Jawa, WWF Indonesia bersama Taman Nasional Ujung Kulon harus memastikan setiap individu terpantau dengan baik dengan camera trap.
Saat ini, untuk mengatasi tanaman invasif, mereka melakukan analisis, baik melalui satelit maupun lapangan, untuk memetakan wilayah mana saja yang terpapar langkap dan di mana tempat badak hidup.
“Jangan sampai kita melakukan pengendalian justru merugikan badak, misalnya menjadi stres.”
Sementara itu, untuk mengatasi in-breeding, dilakukan uji genetik untuk mengetahui sejauh mana hubungan antarindividu.
Individu yang memiliki rentang hubungan darah paling jauh memungkinkan ditempatkan di kantong yang sama.
Yuyun menjelaskan, perburuan liar atau poaching terhadap badak Jawa cenderung tidak ada dalam beberapa tahun terakhir.
Selain mengecek melalui camera trap secara berkala, dilakukan patroli bersama organisasi lain yang mendapat izin dari Taman Nasional.
ANTARA