TEMPO.CO, Malang - Pemerintah Kota Malang tengah merencanakan pembangunan instalasi listrik menggunakan limbah air lindi atau cairan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Supit Urang. Menggunakan teknologi Microbial Fuel Cell (MFCs) Double Chamber and Dual Function Based on Anaerobic Leachate Water Treatment. Teknologi ini dikembangkan lima mahasiswa Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Malang.
"Lindi selama ini jarang dimanfaatkan dan mencemari lingkungan," kata salah seorang mahasiswa, Hardiansyah, Jumat 19 Agustus 2016.
Potensi yang tersedia di TPA Supit Urang bakal dikembangkan menjadi alternatif sumber energi listrik. Mengingat jumlah volume sampah yang dihasilkan mencapai 600-800 ton per hari. Sedangkan air lindi yang dihasilkan mencapai 39 ribu liter. Jika tak diolah air lindi akan mencemari sumber air di kawasan TPA Supit Urang.
Air lindi mengandung senyawa organik berupa hidrokarbon, asam humat, sulfat, tanat dan Galat dan anorganik berupa natrium, kalium, kalsium, magnesium, khlor, sulfat, fosfat, fenol, nitrogen, dan senyawa logam berat.
Air lindi berwarna hitam konsentrasi kandungan logam mencapai 1.000 sampai 5000 lebih tinggi dibanding konsentrasi dalam air tanah. Prosesnya substrat yang dioksidasi oleh bakteri menghasilkan elektron dan proton pada anoda. Elektron ditransfer melalui sirkuit eksternal sedangkan proton difusikan melalui membran penukar proton menuju katoda.
Sesuai skala percobaan dibaaut sebuah bentuk reaktor berbentuk kotak yang menyimpan lindi dengan volume sekitar 1,2 liter dengan anoda besi berukuran 72 cm persegi sebanyak 9 buah. Reaktor menghasilkan daya sebesar 0,3 Watt. Hasilnya air lindu yang semula derajat keasaman atau pH antara 4-5, setelah proses di reaktor menjadi netral antara 6,5-7,5.
"Setelah diolah air lindi sudah memenuhi baku mutu," ujarnya.
Jika TPA Supit Urang menghasilkan sekitar 39 ribu liter air lindi, maka berpotensi menghasilkan daya listrik sebesar 9,8 kWh. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Malang, Wasto menilai hasil inovasi mahasiswa ini akan diterapkan untuk mengembangkan energi listrik ramah lingkungan. "Inovasi ini bisa mewujudkan masyarakat mandiri energi," ujar Wasto.
EKO WIDIANTO