TEMPO.CO, GLAND, SWISS – Kucing bakau Jawa menggunakan cakarnya yang berselaput untuk menepuk permukaan air guna memancing ikan muncul. Selanjutnya, si kucing akan menangkap ikan untuk dimangsa. Pemandangan ini sudah tak terlihat di Jawa lebih dari dua dekade. “Apakah ini jenis kucing paling langka di dunia? Bisa jadi, jika masih ada yang hidup,” kata Anthony Giordano, ahli biologi konservasi dan pemimpin penelitian baru untuk mencari makhluk hidup langka.
Pada 2008, International Union for Conservation of Nature menyebut kucing bakau Jawa sebagai spesies yang terancam punah, yang menandai bahwa kucing jenis ini hanya satu langkah lagi menuju kepunahan. Jejak terakhir kucing jenis ini terlihat di Indonesia pada awal 1990-an.
Jejak kucing bakau Jawa sangat khas. Bekas cakarnya tak sama dengan jenis kucing lain. “Jika Anda lihat, jejak cakarnya mengindikasikan mereka punya sistem semi-retractable,” kata Giordano.
Banyak sekali rumor beredar. Orang-orang banyak yang mengaku melihat kucing bakau Jawa, tapi ternyata yang dilihat adalah kucing leopard yang memiliki habitat dan jejak mirip.
Sejak 1990-an, banyak pembangunan di lahan basah dan bakau pesisir yang membuat habitat kucing bakau Jawa tergusur dan banyak kematian pada sub-spesies ini. Ancaman terbesar untuk kucing jenis ini adalah kehancuran habitat dan perburuan. “Kini Jawa hanya memiliki 12 persen lahan bakau asli. Ini pertanda buruk untuk kucing bakau Jawa,” kata Giordano.
Giordano berharap kucing bakau Jawa tak punah dan akan ditemukan dalam misi pencariannya. “Ini memang kucing kecil, tapi jangan anggap remeh. Mereka adalah kucing yang kuat dan sangat pandai beradaptasi,” kata dia.
Girodano akan mewawancarai penduduk lokal untuk menemukan petunjuk menemukan kucing bakau Jawa. Ia mengatakan, tak ada yang tahu tentang kucing ini selain penduduk lokal. “Daripada menggunakan camera trap, lebih baik mengumpulkan bukti untuk melacak keberadaan mereka,” kata dia.
NEWSCIENTIST | TRI ARTINING PUTRI