TEMPO.CO, Bandung - Gempa tektonik yang mengguncang Pulau Pagai dan sekitarnya, Rabu malam, 24 Agustus 2016, berasal dari zona megathrust. Zona penyusupan lempeng Indo-Australia ke bawah lempeng Eurasia di kedalaman dangkal dan landai itu berada di bawah Pulau Pagai, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. Lindu berkekuatan magnitudo 5,6 tak sampai menghasilkan tsunami.
Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Daryono lewat keterangan tertulis menyebutkan lokasi sumber gempa pada pukul 20.48 WIB itu berjarak 6 kilometer arah barat Desa Malakopa, Kecamatan Pulau Pagai Selatan, Kabupaten Kepulauan Mentawai, pada kedalaman 25 kilometer.
Hasil analisis peta tingkat guncangan (shake map) BMKG menunjukkan guncangan cukup kuat dirasakan di Malakopa, Muntai, Siberut, Siberimanua, Sikakap, Mukomuko, Solok, Painan, dan Padang pada skala intensitas II SIG BMKG (II-III MMI).
"Banyak warga terkejut dan sempat berlarian ke luar rumah akibat guncangan gempa bumi yang terjadi secara tiba-tiba ini. Namun demikian, hingga Rabu malam, belum ada laporan kerusakan akibat gempa," ucapnya.
Gempa dangkal di zona megathrust itu bermekanisme sesar naik (thrust fault). Jika kekuatannya besar, ujar Daryono, gempa itu dapat berpotensi tsunami.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Mentawai Nurdin berujar, getaran gempa semalam terasa kuat di beberapa kawasan di Mentawai. Masyarakat banyak yang terkejut dan berlari ke luar rumah.
"Terutama warga yang berada sekitar Pagai, karena jaraknya hanya sekitar 24 kilometer dari pusat gempa," tuturnya, Kamis, 24 Agustus 2016. Nurdin mengatakan pusat gempa hampir sama dengan gempa bumi yang menyebabkan tsunami di Mentawai pada 2010.
Menurut dia, pascagempa dan tsunami Mentawai pada 2010, masyarakat di Pagai Utara dan Pagai Selatan sudah direlokasi ke tempat yang lebih tinggi. Mereka sudah berada di zona aman dari ancaman tsunami.
Pada 25 Oktober 2010, wilayah tersebut pernah terkena gempa besar berkekuatan magnitudo 7,2. Tsunami yang terjadi setinggi 5-7 meter merusak permukiman warga.
Menurut laporan, ujar Daryono, 450 penduduk Pulau Pagai meninggal serta hilang akibat gempa dan tsunami lokal yang dahsyat itu.
ANWAR SISWADI