TEMPO.CO, Jakarta - Afrika bakal mengalami pertumbuhan populasi paling pesat dalam tiga dekade mendatang. Jumlah penduduk di benua tersebut hingga pertengahan tahun ini sudah mencapai 1,2 miliar orang. Laporan yang dirilis organisasi nirlaba Population Reference Bureau (PRB), Kamis pekan lalu, menyebutkan jumlah penduduk Afrika melonjak menjadi 2,5 miliar pada 2050.
Lembaga asal Washington, Amerika Serikat, itu melakukan studi populasi global sejak 1962. Kali ini mereka melakukan riset kependudukan, kesehatan, dan lingkungan di lebih dari 200 negara. Laporan PRB menunjukkan bahwa pertambahan penduduk Afrika bahkan lebih banyak ketimbang Asia, benua yang saat ini memiliki populasi terbesar mencapai 4,4 miliar jiwa. Pada 2050, penduduk Asia hanya bertambah 900 juta orang.
Adapun populasi global diprediksi mencapai 9,9 miliar orang pada 2050. Tiga tahun kemudian, populasi bumi bisa menembus angka 10 miliar. “Meski ada penurunan laju kelahiran, pertambahan pendudukan diperkirakan tetap tinggi,” kata Presiden PRB Jeffrey Jordan.
Tingginya angka kelahiran di Afrika menjadi faktor penentu tingginya pertambahan penduduk di benua itu. Bahkan negara-negara dengan angka tertinggi di dunia berada di kawasan sub-Sahara Afrika, yaitu Sudan Selatan, Republik Demokratik Kongo, Chad, Somalia, Burundi, Angola, Mali, Mozambik, dan Uganda.
Angka kelahiran di Afrika mencapai enam anak per perempuan. Niger, salah satu negara di Afrika Barat, memiliki angka kelahiran 7,6, tertinggi di dunia. Sementara itu, angka kelahiran di negara-negara di kawasan Eropa dan Amerika Utara tak lebih dari dua.
Hasil studi Badan Perlindungan Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) menyebutkan tren pertambahan penduduk akan bergeser ke Afrika. Satu dari tiga anak yang lahir pada 2050 adalah warga Afrika.
Cina dan India adalah penyumbang proporsi terbesar dalam populasi global, tapi Nigeria yang mengalami peningkatan penduduk di bawah usia 18 tahun tertinggi. Hingga 2025, Nigeria diperkirakan ketambahan 31 juta anak.
Jumlah penduduk Nigeria saat ini berkisar 187 juta jiwa. Mereka berada di peringkat ketujuh dalam daftar negara dengan populasi terbesar. Hanya dalam tiga dekade, jumlah penduduknya melonjak menjadi 398 juta jiwa, menyamai populasi Amerika Serikat dan mengalahkan Indonesia.
Meski jumlah penduduk Afrika dan Asia terus bertambah, menurut Jordan, beberapa kawasan tak mengalami peningkatan populasi. Eropa adalah kawasan yang mengalami penurunan populasi cukup tajam. “Rendahnya angka kelahiran di Eropa memicu penyusutan populasi, sementara di Afrika justru berlipat ganda,” ujar Jordan.
Jepang bahkan menghadapi masalah penyusutan populasi dengan laju yang kian cepat. Pada 2014, bayi yang lahir sebanyak 1.001.000 jiwa atau 29 ribu lebih sedikit ketimbang tahun sebelumnya. Ini untuk keempat kalinya jumlah kelahiran bayi di Jepang mencapai titik terendah sepanjang sejarah. Tahun lalu, untuk pertama kali sejak 2010, Jepang mengalami peningkatan angka kelahiran sebanyak 4.000 bayi.
Masalah penyusutan populasi di Jepang juga dipengaruhi oleh tingginya jumlah kematian. Tahun lalu, ada 1,3 juta orang yang meninggal dan memperpanjang penyusutan populasi selama sembilan tahun berturut-turut. Penyebab utama kematian di Jepang adalah penyakit kanker, jantung, dan pneumonia.
Jumlah penduduk Jepang saat ini sekitar 125 juta jiwa dengan lebih dari seperempatnya berusia di atas 65 tahun. Dalam 15 tahun, populasi Jepang diperkirakan menyusut menjadi 116 juta penduduk.
Cina, negara dengan populasi terbesar saat ini dengan 1,37 miliar jiwa, juga mengalami penyusutan populasi dengan laju paling cepat. Pada 2050, populasi di Cina berkurang sekitar 34 juta jiwa. Posisi Cina akan digantikan India, yang populasinya diprediksi menembus 1,7 miliar pada 2050.
PRB | EUREKALERT | DW | JAPAN TIMES | SOUTH CHINA MORNING POST | GABRIEL WAHYU