TEMPO.CO, San Francisco - Identitas lebih dari 412 juta pengguna situs dewasa yang dijalankan perusahaan asal California, FriendFinder Networks Inc, bocor bulan lalu. Hal ini menjadi kasus pembajakan terbesar pada 2016, menurut situs LeakedSource.com.
Data yang bocor itu termasuk hampir 340 juta identitas untuk situs Adultfriendfinder.com, yang menyebut dirinya sebagai "komunitas seks dan swinger terbesar di dunia”; 63 juta berasal dari situs chat video sex, Cams.com; dan 7 juta berasal dari situs majalah dewasa Penthouse.com. Demikian dilansir LeakedSource dalam sebuah blog yang diterbitkan pada Ahad, 13 November 2016.
Perwakilan dari FriendFinder Networks, salah satu operator situs dewasa terbesar di dunia, tidak bisa dihubungi untuk memberikan komentar pada hari Senin. Jika hal ini terkonfirmasi, jumlah alamat e-mail itu akan mencapai lebih dari sepuluh kali jumlah yang bocor dalam kasus pembajakan identitas situs perselingkuhan Ashley Madison. Serangan itu menyebabkan gugatan class action dan penyelidikan oleh Komisi Perdagangan Federal Amerika Serikat.
Baca:
Mitos di Balik Heboh Supermoon: Kiamat hingga Markas Nazi
Lenovo Rilis ThinkPad untuk Start Up dan Pendidikan
WhatsApp Resmi Luncurkan Fitur Video Call
Situs teknologi ZDNet melaporkan bahwa Wakil Presiden FriendFinder Diana Ballou menolak mengkonfirmasi bahwa telah terjadi pelanggaran itu. Dia mengatakan perusahaan telah berusaha mencari bantuan dari luar untuk menyelidiki laporan tentang kerentanan keamanan potensial yang diterima selama beberapa minggu terakhir.
"Sementara sejumlah klaim ini terbukti menjadi upaya pemerasan palsu, kami mengidentifikasi dan memperbaiki kerentanan yang terkait dengan kemampuan untuk mengakses kode sumber melalui kerentanan injeksi," ujar Ballou sebagaimana dikutip ZDNet.
LeakedSource menyatakan pihaknya dapat melihat password 99 persen pengguna. Perusahaan itu menyebutkan 78.301 dari akun itu didaftarkan ke alamat e-mail .mil, yang digunakan oleh militer Amerika; dan 5.650 lainnya menggunakan alamat .gov, yang digunakan oleh badan-badan pemerintah Amerika. *
REUTERS | ERWIN Z.