Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Ditemukan, Jejak Poligami dari Zaman Purba

image-gnews
Seorang pelajar melintas di depan papan yang menggambarkan proses evolusi manusia dalam pameran Sosialisasi dan Publikasi Museum Manusia Purba Sangiran di pusat perbelanjaan Mall Grand City, Surabaya, Kamis (11/6). Berbagai fosil yang ditemukan di Situs Purbakala Sangiran ini merupakan ajakan agar masyarakat mencintai museum sebagai ruang edukasi. TEMPO/Fully Syafi
Seorang pelajar melintas di depan papan yang menggambarkan proses evolusi manusia dalam pameran Sosialisasi dan Publikasi Museum Manusia Purba Sangiran di pusat perbelanjaan Mall Grand City, Surabaya, Kamis (11/6). Berbagai fosil yang ditemukan di Situs Purbakala Sangiran ini merupakan ajakan agar masyarakat mencintai museum sebagai ruang edukasi. TEMPO/Fully Syafi
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Arkeolog menguak misteri baru dari spesies Lucy (Australopithecus afarensis). Kerabat dekat manusia yang hidup 2,9-3,8 juta tahun lampau di Afrika Timur itu ternyata melakukan praktek poligini, atau salah satu bentuk poligami dengan satu lelaki  berpasangan dengan banyak wanita dalam waktu sama.

Fidelis Masao, peneliti arkeologi paleolitik dari University of Dar es Salaam, Tanzania, bersama timnya, jatuh pada kesimpulan tersebut setelah melakukan studi tentang fosil tiga jejak kaki milik A. afarensis di situs baru di Laetoli, utara Tanzania. Sebelumnya, pada 1978, pernah ditemukan fosil jejak kaki milik individu-individu lain dari spesies sama tak jauh dari situs baru tersebut.

Fosil jejak kaki (ichnofossil) yang ditemukannya, menurut Masao, mengungkapkan tiap individu memiliki ukuran dan jenis kelamin yang berbeda. Perbedaan itulah yang menjadi dasar kesimpulan Masao dan tim. Beberapa penelitian sebelumnya tentang A. afarensis juga mengarah bahwa di antara para pejantan memiliki persaingan ketat yang berujung pada monopoli betina.

“Yang terpenting adalah fosil jejak kaki dapat digunakan untuk memecahkan banyak misteri tentang hominin,” begitu Masao dan tim menuliskan dalam jurnal daring eLife edisi 14 Desember 2016.

Tempat Masao dan tim menemukan fosil jejak kaki kini diberi nama Situs S. Selain jejak kaki A. afarensis, tempat ini penuh dengan ichnofossil hewan, seperti badak, jerapah, kuda, dan ayam. Lanskap kala itu, dia menggambarkan, berupa campuran semak, hutan, padang rumput, dan sungai. Berdasarkan hasil penelusuran, jejak-jejak tersebut berumur sama dengan jejak kaki A. afarensis yang ditemukan pada 1978.

Para peneliti mengestimasi ukuran tubuh ketiganya. Yang jantan memiliki tinggi 1,65 sentimeter dengan berat 44,7 kilogram. Dua betina memiliki tinggi sekitar 1,46 sentimeter dan berat 39,5 kilogram. Pejantan ini lebih tinggi 20 sentimeter dan lebih berat 6 kilogram ketimbang spesimen fosil jejak kaki spesimen sebelumnya.

“Menjadikannya pejantan A. afarensis terbesar yang pernah teridentifikasi selama ini,” ujar Giorgio Manzi, anggota penelitian yang juga paleoantropolog dari Sapienza University di Roma, Italia. Begitu pula ukuran si betina. Lebih tinggi 4 sentimeter dari Lucy.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Selama penelitian, Marco Cherin, anggota tim lainnya dari University of Perugia, bercerita, tim berjalan tanpa alas kaki di situs untuk menghindari kerusakan. “Dan kami menyadari bahwa kaki mereka cocok dengan kaki kami,” ucapnya kepada Live Science.

Kesimpulan sementara dari temuan ini adalah kelompok terdiri atas satu laki-laki, dua atau tiga betina, dan satu atau dua remaja. Tapi tim memberi catatan bahwa spesies A. afarensis yang mereka teliti juga bisa saja salah. “Termasuk struktur sosial mereka,” ujar Cherin.

Dalam empat dekade terakhir, para ilmuwan masih memperdebatkan dimorfisme seksual A. afarensis. Banyak peneliti yang mendukung gagasan sikap seksual tunggal, atau tidak berbeda dengan Homo sapiens. Adapun sisanya mendukung poligini, mengingat ukuran yang berbeda antara jantan dan betina. Karena itu, menurut tim dalam jurnal, penelitian lanjutan penting untuk menggali lebih dalam tentang kerabat dekat manusia ini.

Meski begitu, William Jungers, pakar paleoantropologi dari Stony Brook University di New York, Amerika Serikat, kagum akan penelitian Masao dan tim. “Mereka harus bertepuk tangan atas kerja keras mereka. Tak mudah menganalisis fosil jejak kaki,” kata pria yang tak tergabung dalam penelitian Masao itu.

LIFE SCIENCE | LIVE SCIENCE | AMRI M


Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

26 November 2023

Kepala Badan Riset Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko dalam diskusi Ngobrol @Tempo bertajuk
BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.


Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

19 Agustus 2023

 Presiden RI Joko Widodo menyampaikan sambutan saat menghadiri Muktamar XXIII Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) di Medan, Sumatra Utara, Sabtu 19 Agustus 2023. ANTARA/Gilang Galiartha
Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

Jokowi mendorong pelajar Muhammadiyah untuk memiliki kemampuan iptek dan juga budi pekerti yang baik


Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

15 Juni 2023

Presiden Joko Widodo menyampaikan pernyataan terkait Piala Dunia U-20, di Istana Merdeka, Selasa, 28 Maret 2023. YouTube/Sekretariat Presiden
Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

Presiden Joko Widodo alias Jokowi membeberkan tiga hal penting yang menjadi acuan menuju visi Indonesia Emas 2045. Simak detailnya.


Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

10 Desember 2022

Demonstran Anti Globalisasi berdemonstrasi menentang pertemuan World Economy Forum di Jenewa, (1/2).  AFP PHOTO / NICHOLAS RATZENBOECK
Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

Dengan adanya globalisasi, segala aktivitas manusia semakin mudah. Namun lihat juga dampak negatif dan positifnya.


Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

3 Desember 2022

Tangkapan layar - Presiden Jokowi saat menghadiri Peringatan HUT ke 77 PGRI dan Hari Guru Nasional di Semarang, Jawa Tengah, Sabtu 3 Desember 2022. ANTARA/Indra Arief Pribadi)
Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

Jokowi meminta para guru memastikan anak didiknya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi


Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

25 November 2022

Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

MPR membuka pintu lebar-lebar kepada seluruh elemen bangsa termasuk para mahasiswa untuk berkunjung dan mendapatkan semua informasi.


BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

10 November 2022

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyelenggarakan penganugerahan Habibie Prize 2022, yang bekerja sama dengan Yayasan SDM-IPTEK, pada Kamis, 10 November 2022. (Tangkapan layar YouTube/BRIN)
BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

Penghargaan Habibie Prize 2022 diberikan pada empat ilmuwan yang memberikan kontribusi di bidang iptek dan inovasi.


Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

4 November 2022

Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung.


Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

20 April 2022

Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.
Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.


Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

20 April 2022

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia | Source foto: freepik
Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia