TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat media sosial, Ismail Fahmi, mengatakan Indonesia butuh situs pengecek fakta (fact checking) untuk meredam berita bohong alias hoax yang marak beredar.
"Kita butuh fact checking. Di Indonesia belum ada situs seperti itu," kata Ismail melalui telepon kepada Antara News, Rabu, 11 Januari 2017.
Situs pengecek fakta, misalnya, Politifact di Amerika Serikat, memberikan penjelasan atas suatu fakta ataupun opini serta dapat menjadi rujukan apakah berita tersebut benar atau salah.
Tim pengecek fakta situs tersebut berisi orang-orang yang berkecimpung di dunia jurnalistik dengan mengecek ulang ke sumber terkait serta memberikan data yang dapat dipertanggungjawabkan.
Melalui situs tersebut, masyarakat dapat mengetahui apakah informasi tersebut hoax atau tidak berdasarkan penjelasan dan data yang diberikan.
Saat ini, menurut pendiri lembaga pemantau media Awesometric, baru ada satu situs yang dapat dikembangkan menjadi pengecek fakta, yaitu TurnBack Hoax yang dibuat Masyarakat Anti Fitnah Indonesia.
Situs tersebut memberikan klarifikasi atas suatu informasi yang beredar berdasarkan pemberitaan di media massa atau pembahasan di forum terbuka mereka.
"Harapan saya, situs itu menjadi klarifikasi dengan penjelasan sangat mudah sehingga orang bisa share dan jadi referensi," kata dia.
Selain itu, bila hoax yang beredar berkaitan dengan negara, pemerintah diharapkan memberikan informasi terpercaya, misalnya berupa data yang dapat menjadi rujukan bagi kementerian dan lembaga sehingga masyarakat mengetahui informasi yang benar.
ANTARA