Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Retakan Besar Menganga di Padang Es Antartika, Bahaya Mengancam

image-gnews
Foto yang menunjukkan pecahan es yang terbentuk dari jalur yang dilalui kapal penelitian dan pemecah es Xue Long di Antartika. chinadaily.com.cn
Foto yang menunjukkan pecahan es yang terbentuk dari jalur yang dilalui kapal penelitian dan pemecah es Xue Long di Antartika. chinadaily.com.cn
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Retakan besar dan panjang di beting es Larsen C, Antartika, kutub selatan, bertambah drastis dalam sebulan terakhir. Akibatnya, Larsen C terancam kehilangan sekitar 10 persen areanya atau seluas 5.000 kilometer persegi. Pecahnya beting es ini menjadi salah satu disintegrasi terbesar dalam sejarah.

Pertumbuhan rekahan di Larsen C telah diamati dalam 10 tahun terakhir. Saat ini hanya tersisa lapisan es sepanjang 20 kilometer yang mencegah bongkahan besar itu lepas dari Larsen C.

“Retakan itu mendadak bertambah panjang hingga 18 kilometer sepanjang paruh kedua Desember 2016,” kata Profesor Adrian Luckman, kepala tim proyek riset MIDAS, seperti ditulis Livescience, Jumat pekan lalu.

Beting es di Antartika adalah lapisan luas yang mengapung di laut. Lapisan es itu bisa memiliki ketebalan ratusan meter dan menjadi penahan lapisan glasier beku di belakangnya.

Ada enam beting es di Antartika yang luasnya lebih dari 40 ribu kilometer persegi. Luas Larsen C, beting es terbesar keempat di Antartika, mencapai 48.600 kilometer persegi dengan ketebalan hingga 500 meter.

Larsen C adalah pertahanan terakhir glasier beku di daratan Antartika agar tak jatuh ke laut. Jika lapisan es yang luasnya hampir sama dengan Pulau Bali itu lepas dari Larsen C, menurut Luckman, lanskap Semenanjung Antartika bakal berubah total. Peristiwa itu juga bisa memicu keruntuhan yang lebih masif lagi pada lapisan es di bagian utara Antartika.

Martin O'Leary, peneliti dari Universitas Swansea, Inggris, mengatakan pecahnya beting es Larsen C bisa membuat kawasan itu tak stabil. “Jika lapisan itu kolaps, tak ada yang menahan glasier lagi dan es bisa mengalir ke laut lebih cepat,” katanya.

Kerusakan serupa pernah terjadi di kawasan Larsen B yang relatif stabil selama 10 ribu tahun terakhir. Pada 2002, sebagian area Larsen B seluas 3.250 kilometer persegi dengan ketebalan 200 meter kolaps dan hanyut ke laut. Area Larsen B yang tersisa kini hanya 1.600 kilometer persegi. Adapun kawasan Larsen A sudah mengalami disintegrasi pada 1995.

Menurut O'Leary, seperti ditulis The Guardian, 6 Januari lalu, pembelahan lapisan es merupakan proses alami yang terjadi setiap beberapa dekade. Fenomena ini bisa terjadi tanpa pengaruh perubahan iklim. Masalahnya, disintegrasi lapisan es dalam jumlah besar justru mempercepat melelehnya glasier yang juga dipengaruhi oleh air laut yang menghangat.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ancaman retakan lapisan Larsen C juga mempengaruhi proyek riset di sana. Badan Survei Antartika Inggris sudah merilis laporan yang menunjukkan bongkahan es besar siap “terbelah” dari Larsen C. “Karena kondisi yang tak menentu di area Larsen C, kami tak bermukim di sana kali ini,” kata Direktur Bidang Sains, David Vaughan.

Bongkahan es alias iceberg yang lepas dan hanyut ke laut, menurut Luckman, tidak serta-merta meningkatkan ketinggian permukaan air laut. Tapi risiko semakin besar jika glasier yang selama ini ditahan beting es luruh ke laut. Jika seluruh es yang ada di Larsen C masuk ke laut, ketinggian permukaan air bisa meningkat hingga 10 sentimeter.

Untungnya, Semenanjung Antartika tidak mengandung es sebanyak di bagian barat dan timur kawasan itu. Potensi kenaikan permukaan air laut jika Larsen C lenyap masih bisa dihitung dalam skala sentimeter.

Para peneliti di proyek MIDAS belum menyatakan adanya relasi keruntuhan Larsen C dengan perubahan iklim. Tapi hasil riset kolaborasi Badan Survei Antartika Inggris Badan Geologi Amerika Serikat tahun lalu menunjukkan Larsen C kehilangan lapisan setebal 4 meter.

Menghangatnya temperatur Semenanjung Antartika berkontribusi terhadap melelehnya es di kawasan itu. Laut yang menghangat juga dinilai membawa dampak besar pada Larsen C.

LIVESCIENCE | THE GUARDIAN | BBC | WASHINGTON POST  |GABRIEL WAHYU


Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

26 November 2023

Kepala Badan Riset Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko dalam diskusi Ngobrol @Tempo bertajuk
BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.


Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

19 Agustus 2023

 Presiden RI Joko Widodo menyampaikan sambutan saat menghadiri Muktamar XXIII Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) di Medan, Sumatra Utara, Sabtu 19 Agustus 2023. ANTARA/Gilang Galiartha
Jokowi Dorong Generasi Muda Kuasai Iptek Dibarengi Budi Pekerti

Jokowi mendorong pelajar Muhammadiyah untuk memiliki kemampuan iptek dan juga budi pekerti yang baik


Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

15 Juni 2023

Presiden Joko Widodo menyampaikan pernyataan terkait Piala Dunia U-20, di Istana Merdeka, Selasa, 28 Maret 2023. YouTube/Sekretariat Presiden
Jokowi Ungkap 3 Acuan Penting Menuju Visi Indonesia Emas 2045

Presiden Joko Widodo alias Jokowi membeberkan tiga hal penting yang menjadi acuan menuju visi Indonesia Emas 2045. Simak detailnya.


Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

10 Desember 2022

Demonstran Anti Globalisasi berdemonstrasi menentang pertemuan World Economy Forum di Jenewa, (1/2).  AFP PHOTO / NICHOLAS RATZENBOECK
Memahami Globalisasi serta Dampak Negatif dan Positifnya

Dengan adanya globalisasi, segala aktivitas manusia semakin mudah. Namun lihat juga dampak negatif dan positifnya.


Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

3 Desember 2022

Tangkapan layar - Presiden Jokowi saat menghadiri Peringatan HUT ke 77 PGRI dan Hari Guru Nasional di Semarang, Jawa Tengah, Sabtu 3 Desember 2022. ANTARA/Indra Arief Pribadi)
Di Acara HUT PGRI, Jokowi Minta Guru Pastikan Anak Didik Kuasai Iptek dan Keterampilan Teknis

Jokowi meminta para guru memastikan anak didiknya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi


Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

25 November 2022

Siti Fauziah Dorong Mahasiswa Kuasai Iptek dan Lestarikan Budaya

MPR membuka pintu lebar-lebar kepada seluruh elemen bangsa termasuk para mahasiswa untuk berkunjung dan mendapatkan semua informasi.


BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

10 November 2022

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyelenggarakan penganugerahan Habibie Prize 2022, yang bekerja sama dengan Yayasan SDM-IPTEK, pada Kamis, 10 November 2022. (Tangkapan layar YouTube/BRIN)
BRIN Anugerahkan Habibie Prize 2022 kepada Empat Ilmuwan

Penghargaan Habibie Prize 2022 diberikan pada empat ilmuwan yang memberikan kontribusi di bidang iptek dan inovasi.


Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

4 November 2022

Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek

Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung.


Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

20 April 2022

Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.
Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional

Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.


Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

20 April 2022

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia | Source foto: freepik
Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia

Praktik Kebijakan Iptekin di Indonesia dan Malaysia