TEMPO.CO, Jakarta - Leonardo Da Vinci akhirnya kembali menjadi pemenang. Pada abad ke-15, ketika dunia medis belum maju, dia menyatakan bahwa membran berliku di dekat usus manusia itu merupakan struktur tunggal dalam sistem pencernaan manusia. Menurut dia, mesenterium merupakan organ tubuh.
Pandangan soal membran berliku itu hanya salah satu dari sederet tesis luar biasa yang disampaikan Da Vinci. Pria Italia yang hidup pada tahun 1450-an itu dikenal sebagai pioner pencetus gagasan soal parasut, helikopter, tank. Ia juga disebut sebagai bapak dari ilmu palaeontology dan arsitektur.
Namun, sebelumnya, temuan Da Vinci soal membran berliku di dekat usus itu tak pernah mendapatkan pengakuan. Hingga akhirnya di tahun baru, beberapa waktu lalu, atau tepatnya lima abad kemudian, dari Limerick, Irlandia, Calin Coffey dan Peter O’Learey, keduanya merupakan pakar bedah dari Graduate Entry Medical School, University of Limerick, Irlandia, menyatakan bahwa temuan Da Vinci adalah benar adanya.
Keduanya berhasil mengidentifikasi kembali membran yang pernah diungkap Da Vinci itu. Penjelasannya mereka tuliskan dalam studinya yang berjudul “The mesentery: structure, function, and role in disease” terbit dalam jurnal The Lancet: Gastroenterology & Hepatology edisi November 2016 .
“Setelah dibedah, sebetulnya mesenterium bisa dilihat dengan mata telanjang dari sudut pandang tertentu,” kata Coffey seperti dikutip dari Live Science, akhir pekan lalu.
Mesenterium memang telah lama mengundang perdebatan. Tak sedikit menentang temuan Da Vinci itu. Satu yang terkenal adalah pakar bedah dari London Hospital Medical College, Sir Frederick Treves. Pada 1885, dia menyangkal status mesenterium sebagai organ mandiri. Ia menganggap membran ini hanya bagian dari usus.
Treves punya alasan sendiri dan juga diiyakan banyak kalangan. Masalahnya, bentuk mesentrium sangat unik karena memiliki formasi spiral di rongga perut (abdomen) dan memanjang dari usus kecil ke usus besar.
Jika diperhatikan, bentuknya seperti kipas. Letaknya sangat dekat dan bertumpuk dengan organ pencernaan lain. Selain itu, fungsinya tidak banyak diketahui. Dengan faktor macam itu, mesenterium tetap dianggap bagian dari jaringan usus.
Namun mereka yang mendukung Da Vinci tak juga sedikit. Pakar bedah Carl Toldt pada 1878, menyatakan hal serupa. Namun, pada masa itu, penelitian Toldt tak diakui.
Barulah hampir seabad kemudian, tepatnya pada 1958, risetnya didukung Henry Gray yang menyebutkan istilah mesentery dalam bukunya Anatomy of Human Body (populer dengan sebutan Gray’s Anatomy).
Tentu ada yang berbeda dari temuan Coffey dan O’Learey ini. Salah satunya menjelaskan soal fungsi organ ini. Dalam jurnal, mesenterium disebut memiliki fungsi untuk mengalirkan dan menerima darah dan cairan limfatik yang dikeluarkan hati ke dan dari seluruh tubuh.
Selain itu, lapisan membran ini menjaga usus tetap terhubung dengan dinding perut. Tanpa mesenterium, usus akan memiliki kontak langsung dengan tubuh. Mesenterium menjaga usus supaya tidak tiba-tiba jatuh ke bagian panggul.
Masih menurut duet peneliti itu, bisa dibilang mesenterium ini adalah membran yang pintar. Mesenterium bisa membaca situasi yang terjadi di dalam usus dan dapat mengambil langkah-langkah tepat untuk menyeimbangkan fungsi pencernaan.
Kelenjar getah bening, misalnya, mampu mendeteksi bakteri yang bersarang di usus dan melaporkannya ke sistem imunologi untuk mengantisipasinya. Jika terdeteksi sebagai bakteri jahat, sistem imun akan membasminya.
“Penemuan kembali mesenterium adalah tonggak medis untuk bisa menyelami akar penyebab penyakit serta proses perkembangannya di dalam tubuh pasien lebih jauh,” kata O’Learey.
Penyakit itu antara lain radang usus, pencernaan, diabetes, obesitas, kanker usus, dan sindrom pencernaan. Karena itu, studi lanjutan dibutuhkan untuk membedah fungsi lain membran ini, khususnya terkait dengan pembuluh darah dan sistem imun.
Dengan begitu, pelan-pelan organ temuan Da Vinci ini tak lagi misterius.
THE LANCET | LIVE SCIENCE | EXPRESS.CO.UK | GRAY’S ANATOMY | AMRI M