TEMPO.CO, Jakarta - Tampilan mesin pencari Google Indonesia menampilkan sosok sastrawan Pramoedya Ananta Toer yang sedang mengetik di mesin tik tua, Senin.
Di belakang Pram, terdapat gambar bergerak papan tuts huruf mesin tik “jadul”, sebagian besar berwarna coklat, hanya empat huruf “Google” yang berwarna-warni.
Baca Juga:
Baca: Sudah Mewabah di Afrika, Ulat Armyworm Ancam Asia
Bila mengakses google.co.id menggunakan komputer, arahkan kursor ke gambar sosok yang sedang mengetik, akan mencul tulisan “Hari Lahir Pramoedya Ananta Toer ke-92”.
Pram, panggilan Pramoedya, lahir di Blora, Jawa Timur, pada 1925, banyak mengangkat kemanusiaan dan kebebasan dalam bukunya.
Baca: Bill Gates: Ini 3 Pekerjaan Paling Menjanjikan di Dunia
Di antara karya yang terbit sejak tahun 50an, buku Pram yang masih banyak dibaca hingga kini adalah Tetralogi Buru, cerita yang ia tulis semasa pengasingan di Pulau Buru.
Pram seorang yang kerap menjadikan pemerintah sebagai sasaran kritik dalam tulisannya sehingga ia tidak akur dengan penguasa di masanya.
Baca:Peretas Rusia Mengguncang Amerika, Siapa Sebenarnya Mereka?
Semasa di Pulau Buru, ia menulis “Bumi Manusia”, “Anak Semua Bangsa”, “Rumah Kaca” dan “Jejak Langkah” dan peredarannya selama beberapa waktu dilarang oleh pemerintah.
ANTARA