TEMPO.CO, Yogyakarta - Universitas Gadjah Mada (UGM) memberikan gelar doktor honoris causa kepada dua pemenang hadiah Nobel sekaligus, yaitu satu di bidang kedokteran dan satu lagi di bidang fisika.
Di bidang kedokteran, gelar itu diberikan kepada Dr. Sir Richard J. Roberts. Ia adalah Direktur Riset New England Biolabs di Massachusetts, Amerika Serikat, dan menerima hadiah Nobel pada 1993. Di bidang fisika gelar diberikan kepada Prof. Sheldon Lee Glashow. Ia adalah ilmuwan Amerika Serikat menerima Hadiah Nobel pada 1979.
Baca:
Google: Gmail Hanya Akan Bisa Diakses dari Chrome Versi Baru
Pabrik Pemasok Baterai Samsung Galaxy Note 7 Kebakaran
Evercross Klaim Sudah Penuhi Tingkat Kandungan Dalam Negeri
"Bisa menjadi pemicu positif bagi mahasiswa dan peneliti Universitas Gadjah Mada untuk bisa mencapai hal terbaik dalam hidup dan karier untuk didedikasikan bagi kepentingan kemanusiaan dan pengembangan ilmu dan teknologi," kata Rektor Universitas Gadjah Mada Dwi Korita Karnawati, Jumat, 10 Februari 2017.
Universitas Gadjah Mada memandang kepakaran keduanya layak mendapatkan gelar itu. Melalui pertimbangan yang matang oleh Senat Akademik maka diputuskan pemberian gelar itu.
Dua penerima hadiah Nobel itu juga memberikan kuliah umum di Graha Sabha Pramana di depan 4.000 mahasiswa serta para akademisi, Jumat.
Sebagai salah satu promotor di bidang molekular biologi dari Richard J. Roberts adalah Prof. Sofia Mubarika, guru besar Fakultas Kedokteran. Penerima Nobel ini menemukan split genes and mRNA splicing.
Penemuan itu memberikan dampak luar biasa. Semua orang berpendapat gen itu adalah satu, tetapi ternyata gen itu terdiri dari bagian-bagian, di antaranya bagian disebut non-coding atau mRNA. "Ini cakrawala baru di bidang biologi molekuler mengenai pamahaman genom," kata dia.
Selain itu, penelitian menggunakan bakteria telah menghasilkan lebih dari 300 macam enzim restriksi, yaitu enzim yang dapat memotong-motong DNA di tempat-tempat tertentu. Enzim ini telah digunakan seluruh peneliti di dunia.
Salah satu promotor Sheldon Lee Glashow, Prof. Kamsul Abraha, guru besar Fakultas MIPA, menyatakan penerima nobel ini mencoba memadukan dua interaksi, yaitu interaksi elektromagnetik dan interaksi nuklir lemah. Hasilnya adalah teori yang menginspirasi fisikawan lainnya dan sejak tahun 1968 telah digunakan.
Kini hanya satu interaksi yang belum bisa dipadukan, yaitu interaksi grafitasi. Sedangkan nuklir kuat, nuklir lemah dan elekromagnetik sudah dicoba dipadukan menjadi suatu teori.
"Ini implikasinya kepada umat manusia menjadi lebih memahami tentang bagaimana keteraturan di alam raya. Bagaimana teori penciptaan itu akan dirumuskan kembali. Ini menimbulkan revolusi berpikir, bagaimana manusia melihat alam semesta," kata dia.
Sheldon Lee Glashow yang baru sekali ini datang ke Indonesia menyatakan, dengan ribuan pulau dan kulit, wajah berbeda, serta agama berbeda, negara ini bisa bersatu. Itu mirip sekali yang terjadi di Amerika. "Keberagaman menjadikan lebih kuat," kata dia.
MUH SYAIFULLAH